TEORI
DAN KONSEP
INFORMATION AND COMMUNICATION TECHNOLOGY (ICT)
Tugas Kelompok Kelas Ia
Pada
Mata Kuliah
Manajemen Teknologi Pendidikan
Oleh:
KELOMPOK
V
ALADIN
ANISA FITRI. N
ARIS SUHUD
ASHFIYA NABILA ARRASULI
BADANI
Dosen
Pembimbing :
Dr. HADRIANA,
M. Pd.
PROGRAM STUDI MAGISTER
ADMINISTRASI PENDIDIKAN
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS RIAU
2016
TEORI DAN KONSEP
TEKNOLOGI ICT
Proses belangsungnya pendidikan
harus selalu menyesuaikan dengan keadaan yang terjadi dimasa pendidikan itu berjalan.
Baik metode, sistem, dan prinsip yang digunakan juga harus sesuai dengan waktu,
keadaan, dan kebutuhan masyarakat. Sehingga teknologi yang digunakan harus
tepat agar dapat memperoleh hasil pendidikan yang diharapkan. Teknologi
pendidikan adalah salah satu faktor yang dominan dalam proses belajar.
Penggunaan teknologi yang sesuai dapat menunjang keberhasilan pengajaran yang
disampaikan pendidik kepada peserta didik. Diperlukan kerjasama yang baik dari
seluruh komponen pendidikan yang ada. Konsep teknologi pendidikan akan selalu
tumbuh dan berkembang sesuai dengan perubahan zaman dan tuntutan kebutuhan.
Tumbuh dan berkembangnya suatu konsep tidak akan terlepas dari konteks dimana
konsep itu dapat tumbuh, serta apa dan bagaimana awal perkembangan konsep itu
sendiri. Konsep teknologi pendidikan tidak akan pernah terlepas dari pendidikan
dan peserta didik, prosedur ide dan peralatan yang menyangkut semua aspek
belajar manusia.
Kata teknologi sering
dipahami oleh orang awam sebagai sesuatu yang berupa mesin atau hal-hal yang
berkaitan dengan permesinan, namun sesungguhnya teknologi pendidikan memiliki
makna yang lebih luas, karena teknologi pendidikan merupakan perpaduan dari
unsur manusia, mesin, ide, prosedur, dan pengelolaannya (Hoba, 1977) kemudian pengertian
tersebut akan lebih jelas dengan pengertian bahwa pada hakikatnya teknologi
adalah penerapan dari ilmu atau pengetahuan lain yang terorganisir ke dalam
tugas-tugas praktis (Galbraith, 1977). Keberadaan teknologi harus dimaknai
sebagai upaya untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi dan teknologi tidak
dapat dipisahkan dari masalah, sebab teknologi lahir dan dikembangkan untuk
memecahkan permasalahan yang dihadapi oleh manusia. Berkaitan dengan hal
tersebut, maka teknologi pendidikan juga dapat dipandang sebagai suatu produk
dan proses (Sadiman, 1993). Sebagai suatu produk teknologi pendidikan mudah
dipahami karena sifatnya lebih konkrit seperti radio, televisi, proyektor, OHP
dan sebagainya.
Sebagai sebuah proses teknologi pendidikan bersifat abstrak. Dalam hal ini teknologi pendidikan bisa dipahami sebagai sesuatu proses yang kompleks, dan terpadu yang melibatkan orang, prosedur, ide, peralatan, dan organisasi untuk menganalisis masalah, mencari jalan untuk mengatasi permasalahan,melaksanakan, menilai, dan mengelola pemecahan masalah tersebut yang mencakup semua aspek belajar manusia.
Sebagai sebuah proses teknologi pendidikan bersifat abstrak. Dalam hal ini teknologi pendidikan bisa dipahami sebagai sesuatu proses yang kompleks, dan terpadu yang melibatkan orang, prosedur, ide, peralatan, dan organisasi untuk menganalisis masalah, mencari jalan untuk mengatasi permasalahan,melaksanakan, menilai, dan mengelola pemecahan masalah tersebut yang mencakup semua aspek belajar manusia.
Pada
saat ini perkembangan Information and Communication Technology (ICT) atau yang
lebih dikenal dengan teknologi informasi dan teknologi (TIK) mempunyai peranan yang
luar biasa dalam bidang pendidikan. Tetapi tidak hanya
berperan dalam dunia pendidikan saja, dalam bidang industri dan bisnis serta
perbankan membutuhkan ICT untuk memperlancar jalannya operasional perusahaan
setiap harinya. Berbagai perangkat lunak seperti Microsoft Office atau Open
Office memudahkan para pelajar dalam mengerjakan tugas, seperti laporan
praktikum dan artikel, juga ketika mempresentasikan tugas di kelas. Selain
memudahkan para pelajar dalam mengerjakan tugas ICT juga berperan penting untuk
membantu guru dalam menyiapkan dan menyusun materi yang akan disampaikan kepada
siswa-siswi mereka agar proses belajar mengajar terlihat lebih menarik dan
menyenangkan.
Oleh karena itu, dalam dunia pendidikan, kehadiran information and communication technology (ICT) atau yang lebih dikenal dengan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) merupakan hal yang tidak bisa ditawar-tawar lagi dan merupakan penunjang utama dalam pengembangan dunia pendidikan yang semakin hari semakin kompleks, sehingga perlu adanya media yang mampu memberikan inovasi dan menjadi solusi dari semua persoalan pendidikan terutama dalam kegiatan pengajaran.
Oleh karena itu, dalam dunia pendidikan, kehadiran information and communication technology (ICT) atau yang lebih dikenal dengan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) merupakan hal yang tidak bisa ditawar-tawar lagi dan merupakan penunjang utama dalam pengembangan dunia pendidikan yang semakin hari semakin kompleks, sehingga perlu adanya media yang mampu memberikan inovasi dan menjadi solusi dari semua persoalan pendidikan terutama dalam kegiatan pengajaran.
Pengertian ICT
Teknologi
Informasi dan Komunikasi (TIK) berasal dari bahasa Inggrisyaitu Information and
Communication Technologies (ICT) adalah payung besar terminologi yang mencakup
seluruh peralatan teknis untuk memproses dan menyampaikan informasi.
ICT mencakup
dua aspek yaitu teknologi informasi dan teknologi komunikasi. Teknologi
informasi meliputi segala hal yang berkaitan dengan proses, penggunaan sebagai
alat bantu, manipulasi, dan pengelolaan informasi. Sedangkan teknologi
komunikasi adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan penggunaan alat bantu
untuk memproses dan mentransfer data dari perangkat yang satu ke lainnya. Oleh
karena itu, teknologi informasi dan teknologi komunikasi adalah dua buah konsep
yang tidak terpisahkan.
Jadi Teknologi
Informasi dan Komunikasi mengandung pengertian luas yaitu segala kegiatan yang
terkait dengan pemrosesan, manipulasi, pengelolaan, pemindahan informasi antar
media. Istilah ICT muncul setelah adanya perpaduan antara teknologi komputer
(baik perangkat keras maupun perangkat lunak) dengan teknologi komunikasi pada
pertengahan abad ke-20.
Menurut
Fitrihana (2007), ICT adalah sistem atau teknologi yang dapat mereduksi batasan
ruang dan waktu untuk mengambil, memindahkan, menganalisis, menyajikan,
menyimpan dan menyampaikan informasi data menjadi sebuah informasi. Dan dalam
konteks pembelajaran, ICT meliputi segala hal yang berkaitan dengan pemanfaatan
komputer untuk mengolah informasi dan sebagai alat bantu pembelajaran serta
sebagai sumber informasi bagi guru dan siswa.
Landasan Historis Perkembangan
Teknologi Pembelajaran
Pendidikan
di Indonesia saat ini sedang mencari bentuk esensi pendidikan yang idela bagi
rakyat yang sangat multikultural, baik budaya, bahasa, dan agama. Keberagaman
rakyat indonesia menuntut adanya proses pendidikan yang berbeda sesuai dengan
kebutuhan masyarakat di sutau daerah. Sebagai sebuah usaha kecil untuk bisa
mewujudkannya, seiring dengan diberlakukannya sistem pemerintahan yang baru
dalam era reformasi, terbentuklah undang-udang sistem pemerintahan No. 22 tahun
1999 dan disempurnakan pada UU No. 25 tahun 1999 kemudian disempurnakan lagi
pada UU No. 25 tahun 2004 tentang pelimpahan kekuasan dan perimbangan kekuasan
antara pemerintah pusat dan daerah. Yang mana dinyatakan bahwa pemerintah
daerah diberikan wewennag untuk mengurus berapa sektor di nataranya adalah
pendidikan.
Di sini media menjadi salah satu
bentuk yang sangat penting dalam proses pendidikan, karena ia merupakan bentuk
usaha memanfaatkan apa yang ada untuk kepentingan ilmu itu sendiri. dalam
proses pendidkan klasik, media adalah apa yang ada di sekeliling guru untuk
dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk proses pembelajaran di dalam kelas, baik
berupa papan tulis, gambar, koran, majalah, radio, televisi, benda bergerak
maupun mati, dan lain sebagainya. Tapi dalam perkembangan selanjutnya
media-media tersebut masih terus digunakan, tapi dengan perkembangan teknologi
informasi menjadikanan media pembelajaran lebih canggih dari semula.
Perkembangan teknlogi menjadikan
pendidikan dan proses pembelajaran di kelas semakin lebih variatif dan menjadi
alternatif dalam memberikan pemahaman yang lebih baik kepada peserta didik.
Sehingga tuntutan sumber daya manusia yang lebih cepat dapat tercapai dengan
target-target tertentu.
SEJARAH AWAL PERKEMBANGAN
PEMANFAATAN TEKNOLOGI PEMBELAJARAN
Ilmu yang dipelajari manusia saat
ini tidak terlepas dari usaha orang-orang terdahulu memberikan sebuah konsep
tentang ilmu. Dan dalam sejarah telah tercatat, manusia sejak dahulu di Yunani
telah mampu menrasionalisasikan hal-hal yang sebelumnya abstrak. Walapun
sebenarnya semenjak keberadaan mansuia di dunia, mereka telah mempunyai potensi
logis dalam memandang kehidupan dan apa yang ada di sekelilingnya, tapi karena
tidak diketahu dengan jelas kapan mulainya, sehingga belum dapat dikatakan
mereka telah mampu merasinalisasikan apa yang ada di sekitarnya. Karenanya sebagian
orang menganggap bahwa manusia berasal dari klan monyet yang mengalami evolusi
sampai menjadi manusia saat ini, walaupun tentunya kita tidak setuju manusia
berasal dari nenek moyang monyet/kera.
Yunani memang menjadi titik awal perjalanan keilmuan
di dunia saat ini, karena merekalah yang telah mampu merasionalisasikan apa
yang sebelumnya abstrak dalam pandangan orang. Dengan usaha mereka, orang
kemudian mampu mempelajari berbagai banyak hal dalam kehdupan dunia ini.
Ada tiga hal yang mempunyai pengaruh
besar dalam proses berpikir manusia sehingga mereka dapat mempelajari sesuatu
apa saja di dunia ini, disebut juga sebagai kerangka berpikir untuk dapat
menentuakan sesutau dapat menjadi ilmu atau tidak, yaitu; ontologi,
epistemologi, dan aksiologi.
Setiap pengetahuan yang dimiliki
manusia selalu dipertanyakan dan dikritisi oleh diri sendiri maupun
orang lain. Bahwa pengetahuan yang dimilikinya adalah pengetahuan
tentang “apa” ? atau apanya yang perlu diketahui maka jawabannya ada
pada ontologi pengetahuan itu sendiri. Sedangkan pertanyaan bagaimana cara
menemukannya atau metode apa yang dipergunakan oleh kita dalam menemukan dan
memperoleh pengetahuan itu adalah kajian Epistemologi. Selanjutnya pertanyaan
apa kegunaan pengetahuan itu bagi manusia, dan makhluk lainnya, termasuk
lingkungan dimana manusia berada, disebut kajian aksiologi.
Bangsa yunani sebagai peletak ilmu pengetahuan,
membuat tokoh-tokoh pendidikan pun banyak dari mereka, terutama para pemikir.
Tapi berkaitan dengan pemanfaatan teknologi dalam proses pembelajaran dan
pengajaran ada sekelompok orang yang tergabung dalam kelompok sofi di Yunani,
mereka adalah sekelompok orang yang secara sukarela berbicara tentang ilmu dan
semua apa yang ada dalam benar mereka dari hasil renungan dan pemikiran.
Teknologi pemebelajaran sebenarnya muncul dari berbagai metode pengajaran yang
telah dilakukan oleh golongan Sofi. Dalam proses belajar mengajar mereka
menyadari berbagai macam masalah yang muncur dari setiap individu, misalnya
masalah persepsi, motivasi, perbedaan individual di dalam belajar, dan masalah
evaluasi untuk tiap-tiap individu. Berbagai masalah yang muncul tersebut
diperlukan perbedaan strategi pengajaran agar dapat menghasilkan tingkah laku
yang berbeda-beda.
Para ahli menduga bahwa golongan
sofi ini ada semenjak pertengahan kedua abad ke -50 sebelum masehi, mereka
datang dari berbagai wilayah yanga ada di Yunani kuno (Hellas) dan mengembara
ke Athena, dan mereka adalah kaum teknologi pengajaran pertama yang ada,
semenjak manusia mengenal ilmu di dunia.
masa itu terjadi antara seorang tutor dan beberapa
siswa sehingga hal itu dipandang sebagai bentuk pengajaran massal pertama.
Pandangan golongan sofi didsaarkan pada:
1. Bahwa
manusia itu berkembang secara evolusi. Seorang dapat berkembang dengan teratur
tahap demi tahap menuju ke arah peradaban yang lebih tinggi, melalui teknologi
dan organiasi sosial, di mana orang dapat belajar mengarahkan permasalahnnya
secara efektif.
2. Bahwa proses
evolusi itu berlangsung terus, terutama aspek-aspek moral dan hukum. Kedua
aspek itu berkembang serta diterima masyarakat karena mengandung nilai hidup,
dan sanksinya bersumber dari hasil kesepakatan masyarakat bukan berasal dari
prinsip-prinsip yang mutlak, bersifat a priori atau sebagai kekuasan yang
berasal dari para dewa Yunani.
3. Demokrasi
dan persamaan sebagai sikap masyarakat merupakan kaidah umum.
4. Bahwa
asas-asas teori pengetahuan bersifat progresif, pragmatis, empiris, dan
behavioristik.
Selanjutnya golongan Sofi ini
memandang mansuia sebagai makhluk yang memiliki potensi intelegensi, potensi
tanggung jawab sosial, potensi mengatur diri dan menaklukkan alam. Pengembangan
potensi tersebut memerlukan pendidikan dan pengajaran. Mereka percaya akan
nilai-nilai positif yang dikandung oleh pendidikan dan pengajaran. Golongan
Sofi menghargai semua bentuk teknologi yang dalam bahasa Yunani disebut dengan
techne, yang meliputi paham tentang kenegaraan berdasarkan rumus yang
diciptakan oleh Pytagoras, bahwa manusia adalah ukuran dari segala-galanya.
AWAL MUNCUL
TEKNOLOGI PENDIDIKAN/PEMBELAJARAN
Secara detail kapan waktu pastinya
mulai muncul teknologi dalam pembelajaran sebagai sebuah disiplin keilmuan
tidak ada yang dapat memastikan, hanya saja proses pembelajaran yang dilakukan
oleh orang-orang terdahulu menjadi refrensi bahwa orang pasti membuat sebuah
terknologi dalam proses belajar mengajar untuk mempermudah transfer keilmuan.
Dan perkembangannya sesuai dengan perkembangan pemikiran manusia, mulai dari
yang sederhana sampai yang modern zaman sekarang ini.
Pada tahun 1901 William James dalam
bukunya “Talks to Teacher on psychology” mengungkapkan perbedaan antara seni
mengajar dan ilmu mengajar. Kemudian pada tahun yang sama John Dewey menyatakan
bahwa metode ilmu pengetahuan empirislah yang merupakan asas dalam pendidikan
sehingga membawa implikasi terhadap fungsi ruang kelas sebagai laboratorium.
Selanjutnya pada tahun 1902, Edward Thorndike untuk pertama kalinya
memperkenalkan metode kuantitatif untuk masalah-masalah pengajaran. Kemudian
pada tahun 1904, G. Stanley Hall melakukan pengujian dengan cara kuantitatif,
melakukan pengukuran intelegensi anak yang tertuang dalam buku hasil
penelitiannya yang berjudul ‘Adolescence’.
Banyak ahli yang bermunculan pada
tahun ini, namun ada dua orang yang mendominasi pemikiran dan praktek
pendidikan di Amerika saat itu, yaitu Edward Thorndike dan John Dewey. Mereka
mengemukakan teori dan metode yang menghasilkan teknologi pengajaran.
Metode Pengajaran
Edward Thorndike dikenal sebagai
seorang psikolog dan telah menyumbangkan banyak hal tentang konsep-konsep ilmu
jiwa dalam perkembangan teknologi pengajaran di Amerika. Hukum belajarnnya
melahirkan prinsip-prinsip dasar yang menjurus kepada teknologi pengajaran
yakni antara lain:
1. Hukum
latihan atau pengulangan, bahwa semakin sering suatu stimulus respons
diulang-ulang, ia akan semakin diingat oleh siswa.
2. Hukum efek,
bahwa respons akan menjadi kuat bilaman diikuti oleh rasa gembira atau susah.
3. Hukum
respons berganda, bahawa dalam situasi rumit, ketika respons yang tepat belum
ada, upaya coba-coba dilakukan sampai berhasil.
Hukum-hukum tersebut berlandaskan hubungan
stimulus-respons, di mana suatu ikatan saraf akan terjadi di antara stimulus
dan respons jika stimulus itu menghasilkan respons yang memuaskan dalam situasi
yang diciptakan dengan sengaja. Peristiwa belajar terjadi dari pembentukan
ikatan-ikatan stimulus-respons tersebut menjadi pola-pola tingkah laku
individu.
Dari pola hubungan yang terjadi tersebut, maka
prinsip-prinsip dasar teknologi pengajaran menurut Thorndike adalah:
1. Aktivitas
sendiri
2. Minat
sebagai motivasi
3. Persiapan
dan suasana mental
4. Individualisasi,
dan
5. Sosialisasi.
Dalam mempraktikkan prinsip-prinsip
dasar tersebut, guru hendaklah selalu mengontrol kegiatan siswa ke arah yang
dikehendaki tanpa mengabaikan minat siswa dan respons individual. Respons
belajar bergantung pada pegalaman-pengalaman pada masa lampau, dan juga
bergantung pada suasana mental siswa itu sendiri. itulah sebabnya guru perlu
menyesuaikan stimulus yang disajikan dengan latar belakang pengalaman masa
lampau siswa, dengan suasana mental siswa serta memperhitungkan perbedaan
individual dalam merancang pendayagunaan media pengajaran guna memperoleh hasil
belajar yang optimal.
Teknolgi pembelajaran muncul sebagai
sebuah usaha untuk menyelesaikan masalah individu-individu dalam proses tranfer
ilmu. Karena setiap individu mempunyai problematika yang berbeda saat ada
stimulus yang datang dari luar mereka, sehingga beberapa cara perlu ditempuh
untuk dapat menjembatani seluruh kebutuhan individu yang berbeda.
Pada awal perkembangannya, golongan Sofi yang ada di
Yunani dianggap sebagai orang-orang yang pertama mempraktekkan teknologi
pembelajaran dan proses belajar mengajar. Di mana mereka meganggap bahwa setiap
individu mempunyai permasalahan yang berbeda dalam respon dari stimulus yang
diberikan oleh guru. Oleh karena itu, seorang guru harus dapat mempergunakan
segala bentuk peralatan dan media agar dapat tercapai transfer ilmu kepada anak
didik.
Dari golongan Sofi inilah kemudian,
teknologi mengalami perkembangan sehingga sampai saat ini, walaupun teknologi
pada masa lalu tidak sekomplit saat ini, dengan berbagai bentuk dan tipe. Ridak
terkecuali di Indonesia perkembangannya juga sesuai dengan perkembangan
kemampuan peserta didik dan teknologi dari luar.
Sedangkan perkembangan teknologi
pembelajaran di Indonesia berkembang sebagai sebuah disiplin keilmuan yang
dipelajari di tingkat perguruan tinggi, yang dulu dikenal dengan nama
Didaktik-Metodik. Di mana masalah-masalah pembelajaran di sekolah-sekolah
dianalisis dan dijadikan kajian dalam ruang akademik dan bukan guru yang
mengembangkan sebagai sebuah usaha untuk efektivitas proses belajar-mengajar.
Tapi teknologi pembelajaran sebagai
sebuah aplikasi dalam pembelajaran, perkembangannya sesuai dengan perkembangan
teknologi di Indonesia, mulai dari audio, visual, sampai pada informatika
sendiri. Sampai sekarang berkembang sesuai dengan perkembangan zamann dan lingkungan
yang terus berubah.
Pengertian Teknologi Pendidikan
Istilah teknologi berasal dari
bahasa yunani yaitu technologia yang menurut Webster Dictionary berarti
systematic treatment atau penanganan sesuatu secara sistematis, sedangkan
techne sebagai dasar kata teknologi berarti art, skill, science atau keahlian,
ketarampilan dan ilmu. Jadi teknologi pendidikan dapat diartikan sebagai
pegangan atau pelaksanaan pendidikan secara sistematis.
Sedangkan dalam pengertian lain teknologi pendidikan adalah
suatu proses yang kompleks dan terpadu yang meliputi manusia, prosedur, ide,
alat dan organisasi, untuk menganalisis masalah serta merancang, melaksanakan,
menilai, dan mengelola usaha pemecahan masalah yang berhubungan dengan segala
aspek belajar.
AECT, 2004 adalah definisi
terbaru yang menyatakan bahwa teknologi pendidikan adalah studi dan praktek
etis dalam upaya memfasilitasi pembelajaran dan meningkatkan kinerja dengan
cara menciptakan, menggunakan/memanfaatkan, dan mengelola proses dan
sumber-sumber teknologi yang tepat. Jelas, tujuan utamanya masih tetap untuk
memfasilitasi pembelajaran (agar efektif, efisien dan menarik) dan meningkatkan
kinerja.
The Association for Educational Communications and Technology (AECT), 1972 Teknologi pendidikan
adalah suatu bidang yang berkepentingan dengan menfasilitasi belajar pada
manusia melalui usaha sistematik dalam identifikasi, pengembangan,
pengorganisasian dan pemanfaatan berbagai macam sumber belajar serta dengan
pengelolaan atas keseluruhan proses tersebut.
Mac kenzie dan Eraut, 1971 Teknologi Pendidikan merupakan sistematik mengenai
cara bagaimana tujuan pendidikan dapat tercapai.
AECT, 1977 Teknologi pendidikan adalah proses kompleks yang
terintegrasi meliputi orang, produser, gagasan, sarana, dan organisasi untuk
menganalisis masalah dan merancang, melaksanakan, menilai dan mengelola
pemecahan masalah dengan segala aspek belajar pada manusia.
Dari pengertian para ahli tersebut
dapat disimpulkan bahwa teknologi pendidikan merupakan pengembangan, penerapan
dan penilaian sistem-sistem, teknik dan alat bantu untuk memperbaiki dan
meningkatkan mutu pendidikan.
Pengertian
Teknologi Pembelajaran
Teknologi dalam
pembelajaran diartikan sebagai mekanisme untuk men-distribusikan pesan,
termasuk sistem pos, siaran radio dan televisi, telepon, satelit dan jaringan
komputer
Komisi
Teknologi Pembelajaran, 1970 Teknologi pembelajaran merupakan usaha sistematik
dalam merancang, melaksanakan, mengevaluasi keseluruhan proses belajar dan
mengajar untuk suatu tujuan khusus, serta didasarkan pada penelitian tentang
proses belajar dan komunikasi pada manusia yang menggunakan kombinasi sumber
manusia dan non manusia agar belajar berlangsung secara efektif.
Kenneth
Silber, 1970 Teknologi Pembelajaran adalah pengembangan (riset,
desain, produksi, evaluasi, dukungan, pasokan, pemanfaatan) komponen sistem
pembelajaran (pesan, orang, bahan, peralatan, teknik, dan lingkungan) serta
pengelolaan usaha pengembangan (organisasi dan personil) secara sistematis
dengan tujuan untuk memecahkan masalah belajar.
Tom
Cutchall, 1999 Definisi menurut Cutchal ini sama seperti definisi
AECT 1994. Dia menekankan bahwa teknologi pembelajaran merupakan penelitian dan
aplikasi ilmu prilaku dan teori belajar dengan menggunakan pendekatan sistem
untuk melakukan analisis, desain, pengembangan, implementasi, evaluasi dan
pengelolaan penggunaan teknologi untuk membantu memecahkan masalah belajar dan
kinerja. Tujuan utamanya adalah pemanfaatan teknologi (soft-technology maupun
hard-technology) untuk membantu memecahkan masalah belajar dan kinerja manusia.
Kawasan
Teknologi
Kawasan
Teknologi Pendidikan menurut AECT 1994 terdiri 5 kawasan, yaitu kawasan
desain, kawasan pengembangan, kawasan pemanfaatan, kawasan pengelolaan, dan kawasan penilaian.
1.
Kawasan desain
Dalam hal tertentu, kawasan desain
mempunyai asal-usul dari gerakan psikologi pembelajaran. Beberapa faktor
pemicunya adalah:
1)
Artikel tahun 1954 dari B.F. Skinner
“The Science of Learning and theArt of
Teaching” disertai teorinya
tentang pembelajaran berprogram;
2)
buku tahun 1969 dari Herbert Simon
“The Science of ial” yang membahas karakteristik umum dari pengetahuan
prespektif tentang desain; dan
Desain adalah proses untuk
menentukan kondisi belajar. Tujuan desain ialah untuk menciptakan strategi dan
produk pada tingkat makro, seperti program kurikulum, dan pada tingkat mikro,
seperti pelajaran dan modul. Definisi ini sesuai dengan definisi desain sekarang
yang mengacu pada penentuan spesifikasi (Ellington dan Harris, 1986; Reigeluth,
1983; Richey, 1986). Berbeda dengan definisi terdahulu definisi ini lebih
menekankan pada kondisi belajar bukan hanya pada komponen-komponen dalam suatu
sistem pembelajaran (Wellington, etal.1970). Jadi, ruang lingkup desain
pembelajaran telah diperluas dan sumber belajar atau komponen individual sistem
ke pertimbangan maupun lingkungan yang sistemik. Tessmer (1990) telah
menganalisis faktor-faktor, pertanyaan-pertanyaan serta alat-alat yang
digunakan untuk mendesain lingkungan.
Kawasan desain paling tidak meliputi
empat cakupan utama dari teori dan praktek. Cakupan ini dapat diidentifikasi
karena masuk dalam lingkup pengembangan penelitian dan teori. Kawasan desain
meliputi:
(1)desain sistem pembelajaran;
(2) desain pesan;
(3) strategi pembelajaran dan
(4) karakteristik pembelajar.
2.
Kawasan Pengembangan
Pengembangan
adalah proses penterjemahan spesifikasi desain ke dalam bentuk fisik. Kawasan
pengembangan mencakup banyak variasi teknologi yang digunakan dalam
pembelajaran. Walaupun demikian, tidak berarti lepas dari teori dan
praktek yang berhubungan dengan belajar dan desain. Tidak pula kawasan tersebut
berfungsi bebas dari penilaian, pengelolaan atau pemanfaatan. Melainkan timbul
karena dorongan teori dan desain dan harus tanggap terhadap tuntutan penilaian
formatif dan praktek. Pemanfaatan serta kebutuhan pengelolaan. Begitu pula,
kawasan pengembangan tidak hanya terdiri dari perangkat keras pembelajaran,
melainkan juga mencakup perangkat lunaknya, bahan-bahan visual dan audio, serta
program atau paket yang merupakan paduan berbagai bagian.
Di dalam kawasan pengembangan
terdapat keterkaitan yang kompleks antara teknologi dan teori yang mendorong
baik desain pesan maupun strategi pembelajaran. Pada dasarnya kawasan
pengembangan dapat dijelaskan dengan adanya:
1)
pesan yang didorong oleh isi;
2)
strategi pembelajaran yang didorong
oleh teori; dan
3)
manifestasi dari teknologi perangkat
keras, perangkat lunak dan bahan pembelajaran.
Kawasan pengembangan dapat
diorganisasikan dalam empat kategori: (1) teknologi cetak (yang menyediakan
landasan untuk kategori yang lain), (2) teknologi audiovisual, (3) teknologi
berbasis komputer, dan ( 4) teknologi terpadu. Karena kawasan pengembangan
mencakup fungsi-fungsi desain, produksi, dan penyampaian, maka suatu bahan
dapat didesain dengan menggunakan satu jenis teknologi, diproduksi dengan
menggunakan yang lain, dan disampaikan dengan menggunakan yang lain lagi.
3.
Kawasan pemanfaatan
Pemanfaatan adalah aktivitas
menggunakan proses dan sumber untuk belajar. Mereka yang terlibat dalam
pemanfaatan mempunyai tanggung-jawab untuk mencocokkan pembelajar dengan bahan
dan aktivitas yang spesifik, menyiapkan pembelajar agar dapat berinteraksi
dengan bahan dan aktivitas yang dipilih, memberikan bimbingan selama kegiatan,
memberikan penilaian atas hasil yang dicapai pembelajar, serta memasukkannya ke
dalam prosedur organisasi yang berkelanjutan.
Pemanfaatan menuntut adanya
penggunaan, diseminasi, difusi, implementasi, dan pelembagaan yang sistematis.
Hal tersebut dihambat oleh kebijakan dan peraturan. Fungsi pemanfaatan penting
karena fungsi ini memperjelas hubungan pembelajar dengan bahan dan sistem
pembelajaran. Ke-empat kategori dalam kawasan pemanfaatan ialah :
1)
Pemanfaatan Media.
Pemanfaatan media ialah penggunaan
yang sistematis dari sumber untuk belajar. Proses pemanfaatan media merupakan
proses pengambilan keputusan berdasarkan pada spesifikasi desain pembelajaran.
Misalnya, bagaimana suatu film diperkenalkan atau “ditindak lanjuti” dan
dipolakan sesuai dengan bentuk belajar yang diinginkan. Prinsip-prinsip
pemanfaatan juga dikaitkan dengan karakteristik pebelajar. Seseorang yang
belajar mungkin memerlukan bantuan keterampilan visual atau verbal agar dapat
menarik keuntungan dari praktek atau sumber belajar.
2)
Difusi Inovasi.
Difusi inovasi adalah proses
berkomunikasi melalui strategi yang terencana dengan tujuan untuk diadopsi.
Tujuan akhir yang ingin dicapai ialah untuk terjadinya perubahan. Tahap pertama
dalam proses ini ialah membangkitkan kesadaran melalui desiminasi informasi.
Proses tersebut meliputi tahap-tahap seperti kesadaran, minat, pencobaan dan
adopsi. Menurut Rogers (1983) langkah-langkah difusi tersebut adalah
pengetahuan, persuasi atau bujukan, keputusan, implementasi, dan konfirmasi.
Secara khas, proses tersebut mengikuti model proses komunikasi yang menggunakan
alur multi langkah termasuk komunikasi yang menggunakan “gatekeepers” atau
penjaga lalu-lintas informasi. misalnya: sekretaris, perantara dan “opinion
leaders” atau tokoh panutan.
3)
Implementasi dan Pelembagaan.
Implementasi adalah penggunaan bahan
dan strategi pembelajaran dalam keadaan yang sesungguhnya (bukan
tersimulasikan). Sedangkan pelembagaan ialah penggunaan yang rutin dan
pelestarian dari inovasi pembelajaran dalam suatu struktur atau budaya
organisasi. Keduanya tergantung pada perubahan individu maupun organisasi. Akan
tetapi. tujuan dari implementasi ialah menjamin penggunaan yang benar oleh
individu dalam organisasi. Sedang tujuan dari pelembagaan ialah untuk
mengintegrasikan inovasi dalam struktur dan kehidupan organisasi. Kegagalan
yang silam dari projek Teknologi Pembelajaran seperti komputer dan televisi
pembelajaran di sekolah menekankan pentingnya perencanaan baik untuk perubahan
individu maupun untuk perubahan organisasi (Cuban, 1986).
4)
Kebijakan dan Regulasi.
Kebijakan dan regulasi adalah aturan
dan tindakan dari masyarakat (atau wakilnya) yang mempengaruhi difusi atau
penyebaran dan penggunaan Teknologi Pembelajaran. Kebijakan dan peraturan
biasanya dihambat oleh permasalahan etika dan ekonomi. Keduanya timbul sebagai
akibat dari tindakan yang dilakukan oleh individu atau kelompok dalam maupun
luar. Dampak pengaruh tersebut lebih pada praktek dan pada teori. Bidang
Teknologi Pembelajaran telah ikut berjasa dalam penentuan kebijakan tentang
televisi pembelajaran dan televisi masyarakat. hukum hak cipta, standar
peralatan dan program serta pembentukan unit administrasi yang mendukung
Teknologi Pembelajaran.
4.
Kawasan pengelolaan
Konsep pengelolaan merupakan bagian
integral dalam bidang teknologi Pembelajaran dan dari peran kebanyakan para
teknolog pembelajaran. Secara perorangan tiap ahli dalam bidang ini dituntut
untuk dapat memberikan pelayanan pengelolaan dalam berbagai latar. Seorang
teknologi pembelajaran mungkin terlibat dalam usaha pengelolaan projek
pengembangan pembelajaran atau pengelolaan pusat media sekolah. Tujuan yang
sesungguhnya dari pengelolaan kasus demi kasus dapat sangat bervariasi, namun
keterampilan pengelolaan yang mendasarinya relatif tetap sama apapun kasusnya.
Kawasan pengelolaan semula berasal
dari administrasi pusat media, program media dan pelayanan media Pembauran
perpustakaan dengan program media membuahkan pusat dan ahli perpustakaan media
sekolah. Program-program media sekolah ini menggabungkan bahan cetak dan
non-cetak sehingga timbul peningkatan penggunaan sumber-sumber teknologikal
dalam kurikulum. Pada tahun 1976 Chisholm dan Ely menulis buku Media Personnel
in Education: A Competency Approach yang menekankan bahwa administrasi program
media memegang peran sentral dalam khasanah teknologi pembelajaran. Definisi
AECT tahun 1977 membagi fungsi pengelolaan dalam pengelolaan organisasi dan
pengelolaan personil, seperti halnya yang dilakukan oleh para administrator
dari program dan pusat media.
Secara singkat, ada empat kategori
dalam kawasan pengelolaan :
1)
Pengelolaan Proyek.
Pengelolaan proyek meliputi perencanaan,
monitoring dan pengendalian proyek desain dan pengembangan. Menurut Rotliwell
dan Kazanas (1992), pengelolaan proyek berbeda dengan pengelolaan tradisional,
yaitu organisasi garis & staf (line and staff management). Perbedaan itu
disebabkan karena:staf proyek mungkin baru, yaitu anggota tim untuk jangka
pendek, pengelola proyek biasanya tidak mempunyai wewenang jangka panjang atas
orang karena sifat tugas mereka yang sementara, danpengelola proyek memiliki
kendali dan fleksibilitas yang lebih luas dari yang biasa terdapat pada
organisasi garis dan staf.
Para pengelola proyek bertanggung
jawab atas perencanaan, penjadwalan dan pengendalian fungsi desain pembelajaran
atau jenis-jenis projek yang lain. Mereka harus melakukan negosiasi, menyusun
anggaran, membentuk sistem pemantauan informasi, serta menilai kemajuan. Peran
pengelolaan projek biasanya berhubungan dengan cara mengatasi ancaman projek
dan memberi saran perubahan ke dalam.
2)
Pengelolaan Sumber.
Pengelolaan sumber mencakup perencanaan,
pemantauan, dan pengendalian sistem pendukung dan pelayanan sumber. Pengelolaan
sumber sangat penting artinya karena mengatur pengendalian akses. Pengertian
sumber dapat mencakup personil, keuangan, bahan baku, waktu, fasilitas, dan
sumber pembelajaran. Sumber pembelajaran mencakup semua teknologi yang telah
dijelaskan pada kawasan pengembangan. Efektivtias
biaya dan justifikasi belajar yang efektif merupakan dua karakteristik
penting dari pengelolaan sumber.
3)
Pengelolaan Sistem Penyampaian.
Pengelolaan sistem penyampaian
meliputi perencanaan, pemantauan, pengendalian “cara bagaimana distribusi bahan
pembelajaran diorganisasikan … Hal tersebut merupakan suatu gabungan medium dan
cara penggunaan yang dipakai dalam menyajikan informasi pembelajaran kepada
pembelajar” (Ellington dan Harris, 1986 : 47). Contoh pengelolaan seperti itu
terdapat pada proyek belajar jarak jauh di National Technological University
dan Nova University. Pengelolaan sistem penyampaian memberikan perhatian pada
permasalahan produk seperti persyaratan perangkat keras/lunak dan dukungan
teknis terhadap pengguna maupun operator. Pengelolaan ini juga memperhatikan
permasalahan proses seperti pedoman bagi desainer dan instruktur atau pelatih.
Dari sekian banyak parameter ini keputusan harus diambil berdasarkan pada
kesesuaian karakteristik teknologi dengan tujuan pembelajaran. Keputusan
tentang pengelolaan sistem penyampaian ini sering tergantung pada sistem
pengelolaan sumber.
4)
Pengelolaan informasi.
Pengelolaan informasi meliputi perencanaan,
pemantauan dan pengendalian cara penyimpanan, pengiriman/pemindahan atau
pemrosesan informasi dalam rangka tersedianya sumber untuk kegiatan belajar.
Cukup banyak tumpang-tindih terjadi antara penyimpanan, pengiriman/pemindahan
dan pemrosesan karena fungsi yang satu sering diperlukan untuk melakukan fungsi
yang lain. Teknologi yang dijelaskan pada kawasan pengembangan merupakan metoda
penyimpanan dan penyampaian. Penyiaran atau transfer informasi sering terjadi
melalui teknologi terpadu. “Pemrosesan adalah pengubahan beberapa aspek
informasi (melalui program komputer)
agar lebih sesuai dengan tujuan tertentu” (Lindenmayer, 1988, hal. 317).
Pengelolaan informasi penting untuk memberikan akses dan keakraban pemakai.
Pentingnya pengelolaan informasi terletak pada potensinya untuk mengadakan
revolusi kurikulum dan aplikasi desain pembelajaran Pertumbuhan ilmu maupun
industri pengetahuan di luar yang saat ini dapat diakomodasikan menunjukkan
bahwa hal ini merupakan bidang yang sangat penting bagi teknologi pembelajaran
di masa datang.
5.
Kawasan penilaian
Penilaian ialah proses penentuan
memadai tidaknya pembelajaran dan belajar. Penilaian mulai dengan analisis
masalah. Ini merupakan langkah awal yang penting dalam pengembangan dan
penilaian pembelajaran karena tujuan dan hambatan dijelaskan pada langkah ini.
Dalam kawasan penilaian dibedakan
pengertian antara penilaian program, penilaian projek dan penilaian produk.
Masing-masing merupakan jenis penilaian penting untuk perancang pembelajaran,
seperti halnya penilaian formatif dan penilaian sumatif.
Menurut Worthen dan Sanders
(1987):Penilaian merupakan penentuan nilai dari suatu
barang. Dalam pendidikan, hal itu berarti
penentuan secara formal mengenai kualitas, efektivitas
atau nilai dari suatu program, produk, proyek, proses, tujuan, atau kurikulum.
Penilaian menggunakan metoda inkuiri dan pertimbangan, termasuk :
(1) penentuan standar untuk mempertimbangkan
kualitas dan menentukan apakah standar tersebut harus bersifat relatif atau
absolut;
(2) pengumpulan informasi; dan
(3) menerapkan penggunaan standar
untuk menentukan kualitas. Seperti
terlihat pada konsep dasar dari kata ‘penilaian’, kunci konsep tersebut
terletak pada penentuan ‘nilai’. Bahwa kegiatan tersebut dilakukan secara teliti,
akurat, dan sistematis merupakan urusan bersama antara evaluator dan klien.
Suatu cara yang penting untuk
membedakan penilaian ialah dengan mengklasifikasikannya menurut obyek yang
sedang dinilai. Pembedaan yang lazim ialah menurut program, proyek, dan produk
bahan. Suatu komisi “The Joint Committee on Standards for Educational
Evaluation
Dalam kawasan penilaian terdapat
empat subkawasan :
1)
Analisis Masalah.
Analisis masalah mencakup cara
penentuan sifat dan parameter masalah dengan menggunakan strategi pengumpulan
informasi dan pengambilan keputusan. Telah lama para evaluator yang piawai
berargumentasi bahwa penilaian yang seksama mulai saat program tersebut
dirumuskan dan direncanakan. Bagai-manapun baiknya anjuran orang, program yang
diarahkan pada tujuan yang tidak/kurang dapat diterima akan dinilai gagal
memenuhi kebutuhan.
2)
Pengukuran Acuan-Patokan (PAP).
Pengukuran acuan-patokan meliputi
teknik-teknik untuk menentukan kemampuan pembelajar menguasai materi yang telah
ditentukan sebelumnya. Pengukuran acuan-patokan, yang sering berupa tes, juga
dapat disebut acuan-isi, acuan-tuiuan, atau acuan-kawasan. Sebab, kriteria
tentang cukup tidaknya hasil belajar ditentukan oleh seberapa jauh pembelajar
telah mencapai tujuan. PAP memberikan informasi tentang penguasaan seseorang
mengenai pengetahuan, sikap, atau keterampilan yang berkaitan dengan tujuan.
Keberhasilan dalam tes acuan-patokan berarti dapat melaksanakan kemampuan
tertentu. Biasanya ditentukan skor minimal, dan mereka yang dapat mencapai atau
melampaui skor tersebut dinyatakan lulus tes. Batas jumlah pengikut tes yang
dapat lulus atau dapat mengerjakan tes dengan baik tidak ada, karena PAP tidak
membandingkan antara pengikut tes.
3)
Penilaian Formatif dan Sumatif.
Penilaian formatif berkaitan dengan
pengumpulan informasi tentang kecukupan dan penggunaan informasi ini sebagai
dasar pengembangan selanjutnya. Sedangkan penilaian sumatif berkaitan dengan
pengumpulan informasi tentang kecukupan untuk pengambilan keputusan dalam hal
pemanfaatan.
Penilaian sumatif dilaksanakan
setelah selesai dan bagi kepentingan pihak luar atau para pengambil keputusan
(sebagai contoh: lembaga penyandang dana, atau calon pengguna, walaupun hal
tersebut dapat dilaksanakan baik oleh evaluator dalam atau dalam untuk
gabungan. Untuk alasan kredibiltas. lebih baik evaluator luar dilibatkan
daripada sekedar merupakan penilaian formatif Hendakn\a jangan dikacaukan
dengan penilaian hasil (outcome) yang sekedar menilai basil, bukannya proses —
hal tersebut dapat berupa baik formatif maupun sumatif.
Dalam pengembangan produk,
penggunaan penilaian formatif dan sumatif khususnya penting pada
berbagai tahap. Pada tahap-tahap awal pengembangan (tes tahap alpha), banyak macam
perubahan dapat terjadi, dan (usaha) penilaian formatif dapat mempunyai
jangkauan yang luas. Saat produk dikembangkan lebih lanjut, balikan jadi lebih
khusus (tes beta), dan rentang alternatif penibalian yang dapat diterima jadi
lebih terbatas. Hal ini merupakan dua buah contoh penilaian formatif. Ketika
akhirnya produk dilempar ke pasaran dan dinilai oleh pihak luar, yang bertindak
memberikan “laporan konsumen”, tujuan penilaian jelas sumatif yaitu membantu
pembeli memilih suatu produk secara bijak. Pada tahap ini, tanpa penilalian
total atas produk yang bersangkutan, revisi tidak mungkin dapat diadakan. Jadi,
dalam pengembangan suatu produk, penggunaan penilaian formatif dan sumatif
bervariasi sesuai dengan tahap perkembangannya dan bahwa rentang saran yang
dapat diterima dalam suatu kurun waktu menjadi semakin terbatas.
Metoda yang digunakan dalam
penilaian formatif berbeda dengan penilaian sumatif. Penilaian formatif
mengandalkan pada kajian teknis dan tutorial. uji-coba dalam kelompok kecil
atau kelompok besar. Metoda pengumpulan data sering bersifat informal, seperti
observasi, wawancara, dan tes ringkas. Sebaliknya, penilaian sumatif memerlukan
prosedur dan metoda pengumpulan data yang lebih formal. Penilaian sumatif
sering menggunakan studi kelompok komparatif dalam desain kuasi eksperimental.
Keseimbangan antara pengukuran
kuantitatif dan kualitatif perlu mendapat perhatian yang cukup dalam penilaian
formatif maupun sumatif. Pengukuran kuantitatif lazim berhubungan dengan
angka-angka dan biasanya bekerja menurut gagasan pengukuran obyektif.
Kesimpulan
1. ICT adalah sistem teknologi yang dapat mengimplementasikan batasan ruang dan waktu untuk mengambil, memindahkan,
menganalisis, menyajikan, menyimpan dan menyampaikan informasi data menjadi
sebuah informasi
2.
Teknolgi pembelajaran muncul sebagai
sebuah usaha untuk menyelesaikan masalah individu-individu dalam proses tranfer
ilmu.
3.
Teknologi pendidikan merupakan
pengembangan, penerapan dan penilaian sistem-sistem, teknik dan alat bantu
untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu pendidikan.
4. Teknologi pembelajaran merupakan usaha sistematis dalam merancang,
melaksanakan, dan mengavaluasi keseluruhan proses belajar untuk suatu tujuan
pembelajaran khusus, sertadidasarkan pada penelitian tentang proses belajar dan
komunikasi pada manusia yang menggunakan
kombinasi sumber manusia dan non manusia agar belajar dapat berlangsung efektif.
5. Kawasan
Teknologi Pendidikan yaitu kawasan desain, kawasan pengembangan, kawasan pemanfaatan, kawasan pengelolaan, dan kawasan penilaian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar