Senin, 16 Mei 2016

Jaring Insang Pertengahan, Selektivitas, Rentabilitas usaha, Tanjung Uban Utara



STUDI TEKNOLOGI PENANGKAPAN JARING INSANG PERTENGAHAN (MID WATER GILLNET) DI KELURAHAN TANJUNG UBAN UATARA KECAMATAN BINTAN UTARA KABUPATEN BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU

ARIS SUHUD 1)
ARTHUR BROWN2)
 PARENG RENGI3)

1)      Mahasiswa Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perairan Universitas Riau
2)      Dosen Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perairan Universitas Riau
3)      Dosen Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perairan Universitas Riau

ABSTRACT: The research was conducted on 20 May until 3 June 2013 in the Northern District of Tanjung Uban Utara Bintan Bintan regency of Kepulauan Riau province. The method used in this study is a survey method. This study aims to determine the aspects of technology, environmental friendly and feasibility (profitability business) mid gillnet fishing gear. The results of this study can serve as a source of information especially for the fishermen in Tanjung Uban Utara in running activities capture business. The results of measurement components of mid gill net fishing gear, 1000 m leugts, 10 m heigh, and mesh size 2.5 inc. The data used is primary data and secondary data,  tha data are managed by means of quantitative. Business profitability calculation results show that the business of mid water gill net fishery worts is feasible, it,s seen from the values obtained sach as BCR (Benefit Cost Ratio) 1.08, FRR (Financial Rate of Return) 18.06%, PPC (Payback Period of Capital) obtained 5 years 6 months.
 Keywords: Mid water gillnet, selectivity, business profitability, Tanjung Uban Utara

ABSTRAK: Penelitian dilakukan pada 20 Mei – 03 Juni 2013 di Kelurahan Tanjung Uban Utara Kecamatan Bintan Utara Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei. Penelitian ini bertujuan mengetahui aspek teknologi, keramahan lingkungan dan kelayakan usaha (rentabilitas usaha) pada alat tangkap jaring insang pertengahan. Hasil penelitian terhadap pengukuran komponen alat tangkap jaring insang pertengahan dengan panjang 1000 m, tinggi 10 m, dan mesh size 2.5 inc. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder, data dianalisis secara kuantitatip. Hasil perhitungan rentabilitas usaha menunjukkan bahwa usaha jaring insang pertengahan layak diteruskan, ini terlihat dari nilai yang didapat BCR (Benefit Cost Ratio) 1.08, FRR (Financial Rate of Return) 18.06 %, PPC (Payback Period of Capital) didapatkan 5 tahun 6 bulan.

Kata kunci : Jaring Insang Pertengahan, Selektivitas, Rentabilitas usaha, Tanjung Uban Utara

PENDAHULUAN


Klasifikasi Von Brandt (2005) bahwa jaring insang digolongkan ke dalam fishing with gill net, dimana ikan dijerat atau terpintal pada jaring, selanjutnya Nurdin (2009) mengemukakan bahwa mid water gill net merupakan alat penangkapan yang bersifat selektif dari hasil tangkapannya yang bernilai ekonomis dan juga mudah didapat oleh nelayan baik secara teknis maupun secara ekonomis.
            Daerah penyebaran alat tangkap jaring insang pertengahan terdapat hampir di seluruh daerah perikanan laut Indonesia, walaupun di tiap daerah punya nama dan ciri tersendiri, namun hal ini pada dasarnya hanya bertujuan untuk memudahkan pengenalan alat tangkap ini di masing-masing daerah. (Ayodhyoa, 1987).
Hasil tangkapan terbagi menjadi dua, yaitu hasil tangkapan sasaran utama (HTSU) yang artinya spesies yang merupakan target dari operasi penangkapan dan hasil tangkapan sampingan (HTS) yang merupakan spesies di luar dari target penangkapan. Menurut Hall (1999) hasil tangkapan sampingan (HTS) terbagi menjadi dua, yaitu bay-catch dari jenis ikan dan bay-catch bukan dari jenis ikan (by-catch nonfish group).
Hall (1999) membagi by-catch dari jenis ikan menjadi dua kategori, yaitu : 1) Spesies yang tidak dikhendaki tertangkap (incidental catch), merupakan hasil tangkapan sampingan yang sesekali tertangkap dan bukan spesies target. 2) Spesies yang dikembalikan ke laut (discarded catch), merupakan hasil tangkapan sampingan yang dikembalikan kelaut karena berbagai pertimbangan antara lain spesies yang tertangkap bernilai ekonomis rendah atau dilindungi hukun karena terancam punah. Adapun kondisi dari discard yang ditemui di lapangan terkadang ada yang masih dalam keadaan hidup tetapi banyak pula yang telah mati sehingga discard yang dihasilkan dalam setiap operasi penangkapan ikan diharapkan seminimal mungkin.
            Teknologi penangkapan ikan yang ramah lingkungan adalah teknologi penangkapan yang menangkap ikan secara selektif dengan dampak minimum terhadap kelangsungan hidup ikan-ikan yang lolos dari proses penangkapan dan terhadap lingkungan perairan. Secara umum ada 14 kriteria teknologi penangkapan ikan ramah lingkungan. Di antaranya adalah tidak menimbulkan polusi, hemat energi, tidak merusak lingkungan perairan dan selektif, artinya ikan yang tertangkap seragam serta sesuai ukuran yang ditetapkan. Hal tersebut juga terkait dengan teknologi alat tangkap yang perlu digunakan oleh nelayan dan pengusaha perikanan agar kegiatan mereka tidak berdampak negatif bagi lingkungan.(FAO 1945).
Kelurahan Tanjung Uban Utara merupakan suatu daerah yang mana terdapat kawasan perairan yang sangat bagus, suatu perairan yang berbatasan langsung dengan perairan malaysia juga dipengarui oleh laut cina selatan yang berdampingan dengan perairan kelurahan tanjung uban utara sehingga potensi perikanan laut nya sangat beragam dan dinamis.Salah satu jenis alat tangkap yang ada di kelurahan Tanjung Uban Utara adalah alat tangkap jaring insang pertengahan (Mid water gillnet) atau yang lebih di kenal oleh nelayan setempat dengan nama jaring hijau. Jaring insang pertengahan ini termasuk kedalam salah satu jenis alat tangkap yang dioperasikan di Kelurahan Tanjung Uban Utara, salah satu alat tangkap yang memerlukan kajian lebih mendetail dari pada alat tangkap lainnya mengingat dan menimbang alat tangkap ini apabila diberdayakan secara optimal dapat menghasilkan keuntungan yang sangat besar dibandingkan dengan alat tangkap yang lainnya dan apabila teroperasikan tidak sesuai dengan peraturan pengoperasian dapat menimbulkan dampak negatif yang sangat buruk.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui aspek teknologi, aspek keramah lingkungan / selektivitas, manajemen operasi penangkapan serta kelayakan usaha perikanan alat tangkap jaring insang pertengahan dan membuka wawasan tentang teknologi penangkapan ikan khususnya jaring insang pertengahan.

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei  yaitu dengan melakukan pengamatan langsung kelapangan melihat berbagai aktifitas nelayan dengan alat tangkap jaring insang pertengahan. Pengumpulan data dilakukan dengan turun langsung melakukan penangkapan dan wawancara dengan nelayan jaring insang pertengahan dan nelayan pekerja. Dalam hal ini sampel yang digunakan adalah alat tangkap jaring insang pertengahan. Data yang dikumpulkan adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara nelayan dengan menggunakan kuisioner, pengamatan langsung dan ikut serta dalam proses penangkapan. Sedangkan data sekunder diperoleh dari Kelurahan Tanjung Uban Utara dan Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau. Bahan dan alat yang digunakan: unit alat tangkap jaring insang pertengahan dan kuisioner, stop wacht dengan botol kosong untuk mengukur kecepatan arus, termometere, refraktometer, kertas PH, Kamera digunakan untuk dukumentasi, sechi disck, Alat-alat tulis untuk mencatat data-data yang diperoleh selama penelitian berlangsung, Jangka Sorong untuk mengukur mata jaring insang pertengahan, Meteran gulung, untuk mengukur panjang jaring yang digunakan.

Pengumpulan Data Rentabilitas Usaha
            Data yang dikumpulkan meliputi: Aspek Teknologi penangkapan. Jumlah nelayan, Jumlah armada penangkapan jaring insang petengahan, perahu motor dan unit lat tangkap jaring insang pertengahan.
Analisis Data
1. Analisis Teknologi Penangkapan jaring insang pertengahan
2. Analisis Kelayakan Usaha 
            Data yang diperoleh dikumpulkan dan dianalisa secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kelayakan finansial dari usaha penangkapan jaring insang pertengahan yang bertujuan untuk mengetahui kelayakan usahanya. Analisis datanya adalah sebagai berikut:
1.      Analisis Kelayakan Teknologi Penangkapan Pukat Pantai
FAO (1995), menetapkan serangkaian  kriteria bagi teknologi penangkapan ikan ramah lingkungan. Sembilan kriteria tersebut adalah sebagai berikut:
a)      Alat tangkap harus memiliki selektivitas yang tinggi.
b)      Alat tangkap yang digunakan tidak merusak habitat, tempat tinggal dan                       berkembang biak ikan dan organisme lainnya.
c)      Tidak membahayakan nelayan (penangkap ikan).           
d)     Menghasilkan ikan yang bermutu baik.
e)      Produk tidak membahayakan kesehatan konsumen.
f)       Hasil tangkapan yang terbuang minimum.
g)      Alat tangkap yang digunakan harus memberikan dampak minimum terhadap keanekaan sumberdaya hayati (biodiversity).
h)      Tidak menangkap jenis yang dilindungi undang-undang atau terancam punah
i)        Diterima secara social.

2.      Analisis Kelayakan Usaha
(a)   Benefit Cost of Ratio
BCR = GI / TC          
GI     = Gros Income (pendapatan kotor)
TC     = Total Cost (biaya total)
(b)   Financial Rate of Return
FRR = NI / I X 100%
NI    = Net Income (pendapatan bersih)
I       = Investasi
(c)    Payback Period of Capital
PPC = I / NI X 1 tahun
I      = Investasi
NI   = Net Income  (pendapatan bersih).

HASIL DAN PEMBHASAN

Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, alat tankap jaring insang pertengahan ini dioperasikan di perairan laut sejauh 10 mil sejajar dengan pantai dan operasi penangkapannya biasanya dilakukan sore hari sampai dengan dini hari. Prinsip pengoperasian dari jaring insang pertengahan bersifat aktif yaitu menghadang dan menjerat gerombolan ikan yang melintasi daerah penaburan jaring. Pengoperasian jaring insang pertengahan ini di awali dengan persiapan alat tangkap, setelah itu para nelayan menuju daerah fishing ground, di daerah penangkapan akan dilakukan penurunan jaring dengan cara ditabur oleh ABK, setelah melakukan setting para nelayan menunggu sejenak hingga ikan terjerat pada jaring, setelah beberapa saat kemuadia maka dilakukanlah hauling oleh 2 orang ABK dengan dipandu oleh ketua ( Kapten) agar saat pengangkatan  jaring ke atas kapal jaring langsung tersusun rapi di dalam kapal supaya memudahkan untuk pengoperasian alat tangkap berikutnya.
Jaring insang pertengahan termasuk kedalam jenis alat tangkap gillnet ,alat tangkap jaring insang pertengahan tersebut terbuat dari nylon multifilament dengan diameter 0,6 mm, ukuran mata jaring 2.5 inci. Panjang jaring per lembar (piece) mencapai 45 meter. Jaring ini dioperasikan dengan kapal motor (in board) yang memuat jaring lebih kurang  sepanjang 1000 m atau 22,5 keping jaring, Alat tangkap jaring insang pertengahan dioperasikan di pertengahan perairan, proses penenggelaman alat tangkap ini hanya mengandalkan daya serap air oleh badan jaring sehingga jaring menjadi berat dan turun menuju dasar perairan, jaring insang pertengahan hanya memiliki 2 buah pemberat yang diikatkan pada ujung ke ujung bawah badan jaring berdiameter 6 – 7 cm dengan berat dapat mencapai 0,5 kg.
Jaring dioperasikan di perairan dengan kedalaman 25 meter ataupun lebih, jaring dibiarkan hanyut terbawa arus di perairan selama 3 jam, jaring insang pertengahan dioperasikan disekitar perairan kelurahan Tanjung Uban Utara dengan jarak 10 mil ataupun lebih dari bibir pantai kea arah tengah laut, dalam pengoperasian  jaring insang pertengahan ini semuanya dilakukan secara manual tampa menggunakan alat bantu penangkapan ikan seperti robot penarik dan lain sebagainya dan kapal yang digunakan adalah kapal yang berukuran 4 GT dengan bahan kayu meranti
Sistem pengoperasian alat tangkap jaring insang pertengahan di kelurahan Tanjung Uban Utara disaat musim puncak adalah 1 trip/hari selama 8 jam dan 26 trip selama satu bulan, sedangkan pada musim biasa dan sedang adalah satu  harinya 1 trip selama 6 jam dan 20 trip selama sebulan, sedangkan pada musim panceklik pengoperasian alat tangkap 1 trip/hari selama 5-6 jam dan hanya 10 kali melaut selama sebulan yang berkisar 1 kali dalam 3 hari.                                                                            
Waktu keberangkatan nelayan jaring insang pertengahan di Kelurahan Tanjung Uban Utara selalu mengikuti alur pasang surut perairan. Biasanya nelayan berangkat berkisar antara puku 15.00 - 16.00 wib ketika kondisi masih surut dan nelayan kembali dari melaut berkisar antara pukul 24.00 – 01.30 wib, lamanya para nelayan melaut tergantung dari banyak sedikitnya ikan yang didapat, semakin banyak ikan yang didapat semakin lama pula para nelayan kembali dari melaut, dikarenakan proses pelepasan ikan dari jaring membutuhkan waktu yg lama dan begitu juga sebaliknya

Pengoperasian jaring insang pertengahan terdiri atas tiga tahap, yaitu tahap pencarian lokasi fishing ground (Searching), tahap penurunan jaring (Setting), dan tahap pengangkatan jaring (Hauling).
Ikan yang dominan tertangkap adalah ikan selar dan ikan yang memiliki overculum yg sama besar dengan mesh size jaring, namun pada dasarnya semua jenis ikan besar yang bernilai ekonomis lainnya seperti ikan tenggiri, sagai, todak, ikan barakuda dan lainnya yang tertangkap pada jaring insang pertengahan juga diproyeksikan oleh nelayan untuk dijual kepada toke atau ketua koperasi sehingga dapat meningkatkan pendapatan mereka. Komposisi dan harga perkilogram hasil tangkapan yang diperoleh pada saat pengoperasian jaring insang pertengahan dapat dilihat pada (tabel 4).


Tabel 4. Komposisi Hasil Tangkapan Jaring insang pertengahan.
No       Jenis Ikan                                                                   Harga/kg
1.                  Ikan Selar (Selaroides leptolepus)                               Rp. 35.000,-
2.                  Tenggiri (Scomberomorus commerson)                      Rp. 40.000,-
3.                  Todak (Xiphias gladius)                                              Rp. 10.000,-
4.                  Selikur (Scomber australasicus)                                  Rp. 15.000,-
5.                  Parang-parang (Chirocentrus dorab)                          Rp. 20.000,-
6.                  Barakuda (Sphyraena jello)                                        Rp. 12.000,-
7.                  Kembung (Carcharhinus longimanus)                       Rp. 20.000,-
8.                  Cermin (Alectis inducus)                                             Rp. 20.000,-
9.                  Bandeng (Chanos chanos)                                          Rp. 20.000,-
10.              Kuwe (Caranx sexfaciatus)                                         Rp. 20.000,-
11.              Gulama (Nibea alniflora)                                            Rp. 20.000,-
12.              Hiu (Carcharias dussmiere)                                        Rp. 20.000,-
13.              Layur (Trichiuros lepturus)                                         Rp. 20.000,-
14.              Sagai (Pomadasys kaakan)                                         Rp. 45.000,-
Sumber: Hasil Survei, 2013

Tabael 4 memperlihatkan persentasi harga ikan dimana tenggiri dan sagai yang paling mahal disusul oleh ikan selar. Ikan yang dikatakan All size mempunyai nilai jual paling tinggi dibandingkan dengan ikan lainnya, minimal harga ikan all size adalah Rp. 45.000/kg sehingga banyak diburu oleh para nelayan. Mahalmya harga ikan all size disebabkan oleh ukuran ikan ini untuk di export keluar negri, ukuran yg digolongkan kedalam katagori all size adalah berat ikan antara 0.8 – 1.3 kilogram per ekor ikan, mahalnya harga ikan diatas dibandingkan dengan harga ikan yang lain adalah tingginya permintaan ikan ini dari negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura.
Hasil temuan di lapangan menerangkan bahwa target spesies dari alat tangkap jaring insang pertengahan adalah semua ikan yang tertera pada tabel 4 yang memiliki nilai ekonomis tinggi yang persentasenya mencapai 90% dari keseluruhan hasil tangkapan, sedangkan non target spesies dari alat tangkap ini adalah ikan yang memiliki nilai ekonomis rendah yang persentasenya mencapai 10% dari keseluruhan hasil tangkapan. Ikan yang dikatagorikan bernilai ekonomis tinngi yaitu ikan yang harga jualnya > Rp. 15.000, sedangkan katagori nilai ekonomis rendah yaitu ikan dengan harga jualnya < Rp. 15.000,-.
                Sesuai dengan kode etik perikanan yang bertanggung jawab (FAO, 1995) bahwa kegiatan penangkapan ikan harus dapat menjamin kelestarian sumberdaya ikan yang dieksploitasinya. Kelestarian sumberdaya perikanan yang ada di sekitar daerah penangkapan ikan tergantung dari alat penangkapan ikan yang digunakan, yang selanjutnya akan menentukan keberlanjutan dari usaha perikanan itu sendiri (Charles, 1994, 2001). Untuk melihat dengan mudah apakah alat tangkap jaring insang pertengahan ini ramah lingkungan atau tidak maka penulis memberikan pembobotan nilai terhadap kriteria yang di tetapkan oleh FAO (1995) yang mana satu kriteria terdapat empat sub kriteria yang terdiri dari yang paling rendah hingga yang paling tinggi. Pembobotan nilai yang diberikan setiap sub kriteria adalah sebagai berikut, poin ke 1 berbobot nilai 1, poin ke 2 berbobot nilai 2, poin ke 3 berbobot nilai 3, poin ke 4 berbobot nolai 4.
Indeks penilainnya adalah sebagai berikut:
·         1 – 9     = Tidak ramah lingkungan
·         10 – 18 = Kurang ramah lingkungan
·         19 – 26 = ramah lingkungan
·         27 – 36 = Sangat ramah lingkungan
Rekapitulasi nilai yang diperoleh dari pengisian kuisioner tingkat keramah lingkungan jaring insang pertengahan didapatkan data seperti pada Tabel 5.

                       








Tabel 5. Kriteria Teknologi Penangkapan Yang Ramah Lingkungan Menurut  FAO (1995).
No
Kriteria Alat Tangkap Ramah Lingkungan Menurut FAO (1995)
1
2
3
4
1
Alat tangkap harus memiliki selektivitas yang tinggi.

v


2
Alat tangkap yang digunakan tidak merusak habitat, tempat tinggal dan berkembang biak ikan dan organisme lainnya.



v
3
Tidak membahayakan nelayan (penangkap ikan).     


V

4
Menghasilkan ikan yang bermutu baik.


V

5
Produk tidak membahayakan kesehatan konsumen.


V

6
Hasil tangkapan yang terbuang minimum.


V

7
Alat tangkap yang digunakan harus memberikan dampak minimum terhadap keanekaan sumberdaya hayati (biodiversity).



V
8
Tidak menangkap jenis yang dilindungi undang-undang atau terancam punah.


V

9
Diterima secara sosial.


V

                                       Jumlah  Total  Nilai Poin                                     28


Hasil pembobotan nilai yang ditetapkan oleh peneliti dalam tabel di atas diperoleh jumlah poin sebesar 28, maka alat tangkap jaring insang pertengahan di Kelurahan Tanjung Uban Utara  ini tergolong ke dalam alat tangkap yang  sangat ramah lingkungan berdasarkan Sembilan kriteria yang diambil dari 14 kriteria yang ditetapkan oleh FAO (1995) tentang teknologi penangkapan yang ramah lingkungan.

Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan manajemen operasi penangkapan jaring insang pertengahan yang ada di Kelurahan Tanjung Uban Utara ini terdiri dari: Perencanaan (planning), Pengorganisasian (organizing), pelaksanaan, pengawasan (controlling).
Dalam analisis biaya, komponen biaya yang diperhitungkan terdiri atas investasi dan biaya produksi. Biaya terdiri dari  biaya tetap (fixed cost), dan biaya tidak tetap (variable cost). Rincian total biaya investasi serta biaya tetap dan biaya tidak tetap dapat dilihat pada tabel 6.          





Table 6. Biaya Investasi/Biaya Tetap Jaring Insang Pertengahan/Jaring Hijau
No       Biaya Investasi                       Harga             Jumlah           Total
1.                  Harga Kapal 4 GT                   50.000.000      1 Unit              Rp50.000.000
2.                  Harga Alat tangkap Jaring      1.160.000        22.5 Keping    Rp26.000.000
3.                  Harga Mesin Utama Kapal     7.000.000        1 Unit              Rp  7.000.000
4.                  Harga Box 150 ltr                   1.000.000        1 Box              Rp  1.000.000
            Total Biaya                                                                          Rp 84.000.000
Sumber: Data Survei, 2013
Tabel 7. Biaya Penyusutan


No       Jenis Investasi             Penyusutan         Nilai Ekonomis   Biaya/Tahun                                                 
1.                  Kapal                           10% Nilai Baru      10 Tahun              Rp5.000.000
2.                  Alat tangkap Jaring     10% Nilai Baru        7 Tahun              Rp2.600.000
3.                  Mesin  Kapal               10% Nilai Baru        7 Tahun              Rp   700.000
4.                  Box Pendingin                        10% Nilai Baru        7 Tahun              Rp   100.000
Total Biaya Penyusutan                                                    Rp 8.400.000
Sumber: Data Survei, 2012
Tabel 8. Biaya Perawatan
No  Perawatan                        Priode Waktu              Biaya               Biaya/Tahun
1.      Kapal Dan Perlengkapan  3 bln                            Rp1.500.000   Rp  6.000.000
2.      Alat tangkap Jaring           2 bln                            Rp1.500.000   Rp  9.000.000
3.      Mesin  Kapal                     Service Berkala           Rp150.000      Rp  1.800.000
4.      Minyak Pelumas                2 ltr/Bln                       Rp400.000      Rp  4.800.000
Biaya Total                                                                            Rp21.600.000
Total Keseluruhan Biaya Tetap                                                     Rp114.000.000
Sumber : Data Survei, (2013)
.Tabel 9. Biaya Variabel / tidak tetap (Variabel Cost)
No Jenis Kebutuhan                      Kebutuhan/trip    Biaya/trip       Total biaya/Tahun
Bahan Bakar       25 Ltr x 228 hari/tahun       Rp125.000           Rp. 28.500.000
1.      Minyak Oli                     6 Lt / 1 bln               Rp30.000       Rp   2.160.000       
2.      Kebutuhan Konsumsi dll              -                 Rp90.000      Rp. 20.520.000
3.      Bagi Hasil (upah ABK)                -                   -                   Rp. 22.800.000
Total Biaya Variabel                                                                 Rp. 73.980.000
Sumber : Data Survei, (2013).


Maka didapat total biaya ( TC ) yang di keluarkan dalam satu tahun adalah:
TC = FC + VC
 =Rp. 114.000.000  + Rp. 73.980.000
 = Rp. 187.980.000,-
Pendapatan kotor merupakan pendapatan total yang diperoleh nelayan selama masa operasi penangkapan dalam priode tertentu yang belum dikurangi oleh biaya total produksi (Total Cost).
Hasil wawancara dengan para nelayan terdapat 4 musim penangkapan, yakni musim puncak ikan, musim sedang, musim biasa dan paceklik. Pendapatan hasil tangkapan usaha perikanan jaring insang pertengahan permusim penangkapan dalam 1 tahun  dapat dilihat pada (Tabel 11).


Tabel 11. Jumlah Hasil Tangkapan Jaring Insang Pertengahan / Musim Penangkapan
No  Musim                 Jenis Ikan          Hasil              Pendapatan/ musim dalam
                                                       Tangkapan (Kg)                     setahun
1.         Musim Puncak     - Selar                      1500 kg       Rp. 52.500.000
(Timur)                 - All size                   750 kg         Rp. 33.750.000
April-Juni             - Ikan lain                1000 kg        Rp. 35.000.000
2.     Musim Sedang      - Selar                        600 kg        Rp.  21.000.000 
        (Selatan)              - all size                     200 kg        Rp.   9.000.000
Juli-September     - Ikan lain                  250 kg        Rp.   8.750.000
3.    Musim biasa         - Selar                         400 kg       Rp. 14.000.000
(Barat)                 - All size                   200 kg         Rp.   9.000.000
Januari-Maret       - Ikan lain                  350 kg        Rp. 12.250.000
4.     Musim Paceklik   - Selar                        100 kg        Rp.    3.500.000
        (Utara)                 - all size                       20 kg        Rp.       900.000   
okto-Des              - Ikan lainnya            100 kg        Rp.    3.500.000
Total Pendapatan 1 Tahun                                           Rp. 203.150.000
Sumber: Data Survei, 2013

          
          

            Pendapatan bersih (net income) adalah seluruh pendapatan yang diperoleh dari usaha perikanan jaring insang pertengahan dalam priode tertentu yang berasal dari pengurangan pendapatan kotor (groos income) dengan total biaya yang di keluarkan selama priode produksi.
            NI = (Gross Income) – (Total Cost)
                  = Rp. 203.150.000 –  Rp. 187.980.000
                  = Rp. 15.170.000,-
Sehingga total pendapatan bersih yang didapatkan usaha perikanan oleh nelayan jaring insang pertengahan dalam jangka waktu satu tahun adalah  Rp. 15.170.000,-
           
            Benefit cost of ratio (BCR) merupakan perbandingan antara pendapatan kotor (Gross income) dengan total biaya (Total cost). Apabila BCR lebih besar dari 1 (satu) maka usaha dapat dilanjutkan atau usaha tersebut menguntungkan
BCR  = GI / TC
=Rp. 203.150.000/Rp. 187.980.000
= 1.08
            Finensial Rate of Return (FRR) merupakan persentase perbandingan antara pendapatan bersih (Net Income) dengan investasi. Dengan mengetahui FRR maka dapat ditentukan apakah modal sebaiknya diinvestasikan pada usaha atau di Bank. Apabila FRR (Finensial Rate of Return)  lebih besar dari suku bunga di bank maka hal ini menunjukkan bahwa modal sebaiknya diinvestasikan pada usaha.
FRR    = NI / I x 100%
           = Rp. 15.170.000 / Rp.    84.000.000 x 100%
           = 18.06 %
            Payback Period of  Capital (PPC) merupakan perbandingan anatara investasi yang ditanankan dengan pendapatan bersih (net income) yang diterima. Tujuan PPC yaitu untuk mengetahui jangka waktu yang diperlukan untuk pengembalian modal.
PPC  = I / NI x 1 Tahun
=Rp.84.000.000/Rp.15.170.000x1th
=5.5 x 1 tahun
=  5 tahun 6 bulan
            Usaha perikanan jaring insang pertengahan cukup menguntungkan jika dilihat dari pendapatan yang diperoleh dari hasil pengamatan lansung dilapangan. Namun demikian, perlu ditinjau kembali mengenai aspek sosialnya, Selain itu sebaiknya dilakukan penambaham alat tangkap beserta dengan alat bantu penangkapan untuk memanfaatkan sumberdaya perairan yang sangat potensial di daerah Kelurahan Tanjung Uban Utara secara maksimal.




KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan persyaratan alat tangkap yang ramah lingkungan dari FAO (1995) terhadap alat tangkap jaring insang pertengahan (mid water gill net) Kelurahan Tanjung Uban Utara Kecamatan Bintan Utara Kabupaten Bintan, alat ini memiliki nilai pembobotan 28 poin yang berarti alat tangkap sangat ramah lingkungan. Jaring insang pertengahan dioperasikan di pertengahan perairan dan hanyut dibawa oleh arus dengan panjang mencapai 1-2 km di dalam air dengan mesh size 2.5 inc berbahan nylon multifilament dengan diameter 0.6 mm,  berdasarkan teknis operasi ini maka jaring insang pertengahan dikategorikan kepada kelas jaring insang pertengahan hanyut (mid water drift gillnet).
Berdasarkan analisis finansial dan rentabilitas usaha perikanan jaring insang pertengahan di Kelurahan Tanjung Uban Utara ini menunjukkan bahwa usaha perikanan tangkap dengan alat ini menguntungkan secara finansial (NPV > 0; B/C > 1; PI > 1).
     Hasil analisis manajemen operasional penangkapan, usaha perikanan jaring insang pertengahan telah memenuhi kriteria manajemen yang baik, dimana usaha ini telah memiliki fungsi-fungsi manajemen berupa Perencanaan (Planing), Organisasi (Organization), Pelaksanaan (Accounting) dan Pengendalian (Controling).
 
Saran
Beberapa pertimbangan yang dijadikan saran penting untuk  diperhatikan oleh pihak-pihak terkait tentang keberadaan, penggunaan dan pengoperasian jaring insang pertengahan yang ada di Kelurahan Tanjung Uban Utara yang menjadi poin penting. Melihat kondisi perairan dan sumberdaya perairan yang melimpah dan letak yang sangat strategis, hendaknya pemerintahan khususnya pemeritahan setempat benar-benar memperhatikan aset daerah yang sangat luarbisa ini. Para pejabat setempat seharusnya member fasilitas yang memadai kepada para nelayan dalam peningkatan hasil tangkapan dan dalam memaksimalkan pemanfaatan sumberdaya parairan yang melimpah, hal ini dimaksudkan untuk lebih mensejahterakan masyarakat nelayan dan menambah inkam perkapita masyarakat tanjung uban uatar.
            Penelitian tentang jaring insang pertengahan memang sangat banyak dilakukan, akan tetapi untik penelitian jaring hijau ini sangat jarang dilakukan, oleh karena itu penulis  menghimbau agar dilaksanakan penelitian lanjutan dengan pembahasan yang lebih lengkap dan terperinci diberbagai aspek terutama dengan menggunakan alat bantu penangkapan ikan pada perikanan jaring insang pertengahan, khususnya pada jaring hijau.


DAFTAR PUSTAKA

Ayodhyoa, A. U. 1981. Metode Penangkapan Ikan. Yayasan Dewi Sri. Bogor. 97 hal.
FAO. 1995. Code of Conduct for Responsible Fisheries. FAO Fisheries Department. 24p.
Hall SJ. 1999. The Effect of Fishing on Marine Ecosystems and Communities. Cornwall: MPG Books.
Nurdin, A. 2009. Rancang Bangun Alat Penangkapan Ikan. Modul Kuliah. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin Makasar. Online www.unhas.ac.id
Von Brandt, A. 1984. Fishing Catching Methods of The World. Farham-Surrey-England: FAO Fishing News Books, Ltd. (online) (http://fao/fisheries/code. diakses oktober 2013).










JUNRNAL ILMIAH





Oleh:
ARIS SUHUD

NIM: 1510248098







Dosen Pembimbing :
Prof. Dr. Hj. Hasnah Faizah AR, M. Hum





PROGRAM STUDI MAGISTER ADMINISTRASI PENDIDIKAN
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS RIAU
2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar