STUDI TEKNOLOGI
PENANGKAPAN JARING INSANG PERTENGAHAN (MID
WATER GILLNET) DI KELURAHAN TANJUNG UBAN UATARA KECAMATAN BINTAN UTARA KABUPATEN
BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU
ARIS SUHUD 1)
ARTHUR BROWN2)
PARENG RENGI3)
1)
Mahasiswa Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perairan
Universitas Riau
2)
Dosen Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perairan Universitas
Riau
3)
Dosen Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perairan Universitas
Riau
ABSTRACT:
The
research was conducted on 20 May until 3 June 2013 in the Northern District of
Tanjung Uban Utara Bintan Bintan regency of Kepulauan Riau province. The method
used in this study is a survey method. This study aims to determine the aspects
of technology, environmental friendly and feasibility (profitability business) mid gillnet fishing gear. The results of
this study can serve as a source of information especially for the fishermen in
Tanjung Uban Utara in running activities capture business. The results of
measurement components of mid gill net fishing gear, 1000 m leugts, 10 m heigh,
and mesh size 2.5 inc. The data used is primary data and secondary data, tha data are managed by means of
quantitative. Business profitability calculation results show that the business
of mid water gill net fishery worts is feasible, it,s seen from the values
obtained sach as BCR (Benefit Cost Ratio)
1.08, FRR (Financial Rate of Return)
18.06%, PPC (Payback Period of Capital)
obtained 5 years 6 months.
Keywords:
Mid water gillnet, selectivity, business profitability, Tanjung Uban Utara
ABSTRAK:
Penelitian
dilakukan pada 20 Mei – 03 Juni 2013 di Kelurahan Tanjung Uban Utara Kecamatan
Bintan Utara Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode survei. Penelitian ini bertujuan mengetahui
aspek teknologi, keramahan lingkungan dan kelayakan usaha (rentabilitas usaha) pada alat tangkap jaring insang pertengahan.
Hasil penelitian terhadap pengukuran komponen alat tangkap jaring insang
pertengahan dengan panjang 1000 m, tinggi 10 m, dan mesh size 2.5 inc. Data yang digunakan adalah data primer dan data
sekunder, data dianalisis secara kuantitatip. Hasil perhitungan rentabilitas
usaha menunjukkan bahwa usaha jaring insang pertengahan layak diteruskan, ini
terlihat dari nilai yang didapat BCR (Benefit
Cost Ratio) 1.08, FRR (Financial Rate
of Return) 18.06 %, PPC (Payback
Period of Capital) didapatkan 5 tahun 6 bulan.
Kata kunci : Jaring Insang Pertengahan,
Selektivitas, Rentabilitas usaha, Tanjung Uban Utara
PENDAHULUAN
Klasifikasi
Von Brandt (2005) bahwa jaring insang digolongkan ke dalam fishing with gill
net, dimana ikan dijerat atau terpintal pada jaring, selanjutnya Nurdin
(2009) mengemukakan bahwa mid water gill
net merupakan alat penangkapan yang bersifat selektif dari hasil
tangkapannya yang bernilai ekonomis dan juga mudah didapat oleh nelayan baik
secara teknis maupun secara ekonomis.
Daerah penyebaran
alat tangkap jaring insang pertengahan terdapat hampir di seluruh daerah
perikanan laut Indonesia, walaupun di tiap daerah punya nama dan ciri
tersendiri, namun hal ini pada dasarnya hanya bertujuan untuk memudahkan
pengenalan alat tangkap ini di masing-masing daerah. (Ayodhyoa, 1987).
Hasil
tangkapan terbagi menjadi dua, yaitu hasil tangkapan sasaran utama (HTSU) yang
artinya spesies yang merupakan target dari operasi penangkapan dan hasil
tangkapan sampingan (HTS) yang merupakan spesies di luar dari target
penangkapan. Menurut Hall (1999) hasil tangkapan sampingan (HTS) terbagi
menjadi dua, yaitu bay-catch dari jenis ikan dan bay-catch
bukan dari jenis ikan (by-catch
nonfish group).
Hall
(1999) membagi by-catch dari jenis
ikan menjadi dua kategori, yaitu : 1) Spesies yang tidak dikhendaki tertangkap
(incidental catch), merupakan hasil
tangkapan sampingan yang sesekali tertangkap dan bukan spesies target. 2)
Spesies yang dikembalikan ke laut (discarded
catch), merupakan hasil tangkapan sampingan yang dikembalikan kelaut karena
berbagai pertimbangan antara lain spesies yang tertangkap bernilai ekonomis
rendah atau dilindungi hukun karena terancam punah. Adapun kondisi dari discard yang ditemui di lapangan
terkadang ada yang masih dalam keadaan hidup tetapi banyak pula yang telah mati
sehingga discard yang dihasilkan
dalam setiap operasi penangkapan ikan diharapkan seminimal mungkin.
Teknologi penangkapan ikan yang ramah lingkungan adalah
teknologi penangkapan yang menangkap ikan secara selektif dengan dampak minimum
terhadap kelangsungan hidup ikan-ikan yang lolos dari proses penangkapan dan
terhadap lingkungan perairan. Secara umum ada 14 kriteria teknologi penangkapan
ikan ramah lingkungan. Di antaranya adalah tidak menimbulkan polusi, hemat
energi, tidak merusak lingkungan perairan dan selektif, artinya ikan yang
tertangkap seragam serta sesuai ukuran yang ditetapkan. Hal tersebut juga
terkait dengan teknologi alat tangkap yang perlu digunakan oleh nelayan dan
pengusaha perikanan agar kegiatan mereka tidak berdampak negatif bagi
lingkungan.(FAO 1945).
Kelurahan
Tanjung Uban Utara merupakan suatu daerah yang mana terdapat kawasan perairan
yang sangat bagus, suatu perairan yang berbatasan langsung dengan perairan
malaysia juga dipengarui oleh laut cina selatan yang berdampingan dengan
perairan kelurahan tanjung uban utara sehingga potensi perikanan laut nya
sangat beragam dan dinamis.Salah
satu jenis alat tangkap yang ada di kelurahan Tanjung Uban Utara adalah alat
tangkap jaring insang pertengahan (Mid
water gillnet) atau yang lebih di kenal oleh nelayan setempat dengan nama
jaring hijau. Jaring insang
pertengahan ini termasuk kedalam salah satu jenis alat tangkap yang
dioperasikan di Kelurahan Tanjung Uban Utara, salah satu alat tangkap yang
memerlukan kajian lebih mendetail dari pada alat tangkap lainnya mengingat dan
menimbang alat tangkap ini apabila diberdayakan secara optimal dapat
menghasilkan keuntungan yang sangat besar dibandingkan dengan alat tangkap yang
lainnya dan apabila teroperasikan tidak sesuai dengan peraturan pengoperasian
dapat menimbulkan dampak negatif yang sangat buruk.
Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengetahui aspek teknologi, aspek keramah lingkungan /
selektivitas, manajemen operasi penangkapan serta kelayakan usaha perikanan alat
tangkap jaring insang pertengahan dan membuka wawasan tentang teknologi
penangkapan ikan khususnya jaring insang pertengahan.
METODE
PENELITIAN
Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei yaitu dengan melakukan pengamatan langsung
kelapangan melihat berbagai aktifitas nelayan dengan alat tangkap jaring insang
pertengahan. Pengumpulan data dilakukan dengan turun langsung melakukan penangkapan dan
wawancara dengan nelayan jaring insang pertengahan dan nelayan pekerja. Dalam
hal ini sampel yang digunakan adalah alat tangkap jaring insang pertengahan. Data
yang dikumpulkan adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari
hasil wawancara nelayan dengan menggunakan kuisioner, pengamatan langsung dan
ikut serta dalam proses penangkapan. Sedangkan data sekunder diperoleh dari
Kelurahan Tanjung Uban Utara dan Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Bintan
Provinsi Kepulauan Riau. Bahan
dan alat yang digunakan: unit alat tangkap jaring insang
pertengahan dan kuisioner, stop wacht dengan botol kosong untuk mengukur
kecepatan arus, termometere, refraktometer, kertas PH, Kamera digunakan untuk
dukumentasi, sechi disck, Alat-alat tulis untuk mencatat data-data yang diperoleh selama penelitian
berlangsung, Jangka Sorong untuk mengukur mata jaring insang pertengahan,
Meteran gulung, untuk mengukur panjang jaring yang digunakan.
Pengumpulan Data
Rentabilitas Usaha
Data yang dikumpulkan
meliputi: Aspek
Teknologi penangkapan. Jumlah
nelayan, Jumlah armada
penangkapan jaring insang petengahan, perahu motor dan unit lat tangkap jaring
insang pertengahan.
Analisis Data
1. Analisis Teknologi Penangkapan jaring
insang pertengahan
2. Analisis Kelayakan Usaha
Data
yang diperoleh dikumpulkan dan dianalisa secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis
kelayakan finansial dari usaha penangkapan jaring insang pertengahan yang
bertujuan untuk mengetahui kelayakan usahanya. Analisis datanya adalah sebagai
berikut:
1.
Analisis Kelayakan Teknologi Penangkapan Pukat
Pantai
FAO (1995), menetapkan serangkaian
kriteria bagi teknologi penangkapan ikan ramah lingkungan. Sembilan
kriteria tersebut adalah sebagai berikut:
a) Alat tangkap harus memiliki
selektivitas yang tinggi.
b)
Alat
tangkap yang digunakan tidak merusak habitat, tempat tinggal dan berkembang biak ikan dan
organisme lainnya.
c)
Tidak membahayakan nelayan (penangkap ikan).
d)
Menghasilkan ikan yang bermutu baik.
e)
Produk tidak membahayakan kesehatan konsumen.
f)
Hasil tangkapan yang terbuang minimum.
g)
Alat tangkap yang digunakan harus memberikan dampak
minimum terhadap keanekaan sumberdaya hayati (biodiversity).
h)
Tidak
menangkap jenis yang dilindungi undang-undang atau terancam punah
i)
Diterima secara social.
2.
Analisis Kelayakan Usaha
(a) Benefit Cost of Ratio
BCR = GI / TC
GI = Gros Income (pendapatan kotor)
TC = Total Cost (biaya total)
(b) Financial Rate of Return
FRR = NI / I X 100%
NI = Net Income (pendapatan bersih)
I = Investasi
(c) Payback Period of Capital
PPC = I / NI X 1 tahun
I = Investasi
NI = Net Income (pendapatan bersih).
HASIL
DAN PEMBHASAN
Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, alat
tankap jaring insang pertengahan ini dioperasikan di perairan laut sejauh 10
mil sejajar dengan pantai dan operasi penangkapannya biasanya dilakukan sore
hari sampai dengan dini hari. Prinsip pengoperasian dari jaring insang
pertengahan bersifat aktif yaitu menghadang dan menjerat gerombolan ikan yang
melintasi daerah penaburan jaring. Pengoperasian jaring insang pertengahan ini
di awali dengan persiapan alat tangkap, setelah itu para nelayan menuju daerah fishing ground, di daerah penangkapan
akan dilakukan penurunan jaring dengan cara ditabur oleh ABK, setelah melakukan
setting para nelayan menunggu sejenak
hingga ikan terjerat pada jaring, setelah beberapa saat kemuadia maka
dilakukanlah hauling oleh 2 orang ABK
dengan dipandu oleh ketua ( Kapten) agar saat pengangkatan jaring ke atas kapal jaring langsung tersusun
rapi di dalam kapal supaya memudahkan untuk pengoperasian alat tangkap
berikutnya.
Jaring insang pertengahan
termasuk kedalam jenis alat tangkap gillnet ,alat tangkap jaring insang pertengahan tersebut terbuat dari
nylon multifilament dengan diameter 0,6 mm, ukuran mata jaring 2.5 inci.
Panjang jaring per lembar (piece) mencapai 45 meter. Jaring ini
dioperasikan dengan kapal motor (in board) yang memuat jaring lebih
kurang sepanjang 1000 m atau 22,5 keping
jaring, Alat tangkap jaring insang pertengahan
dioperasikan di pertengahan perairan, proses penenggelaman alat tangkap ini
hanya mengandalkan daya serap air oleh badan jaring sehingga jaring menjadi
berat dan turun menuju dasar perairan, jaring insang pertengahan hanya memiliki
2 buah pemberat yang diikatkan pada ujung ke ujung bawah badan jaring
berdiameter 6 – 7 cm dengan berat dapat mencapai 0,5 kg.
Jaring dioperasikan di
perairan dengan kedalaman 25 meter ataupun lebih, jaring dibiarkan hanyut terbawa
arus di perairan selama 3 jam, jaring insang pertengahan dioperasikan disekitar
perairan kelurahan Tanjung Uban Utara dengan jarak 10 mil ataupun lebih dari
bibir pantai kea arah tengah laut, dalam pengoperasian jaring insang pertengahan ini semuanya
dilakukan secara manual tampa menggunakan alat bantu penangkapan ikan seperti
robot penarik dan lain sebagainya dan kapal yang digunakan adalah kapal yang
berukuran 4 GT dengan bahan kayu meranti
Sistem
pengoperasian alat tangkap jaring insang pertengahan di kelurahan Tanjung Uban
Utara disaat musim puncak adalah 1 trip/hari selama 8 jam dan 26 trip selama
satu bulan, sedangkan pada musim biasa dan sedang adalah satu harinya 1 trip selama 6 jam dan 20 trip
selama sebulan, sedangkan pada musim panceklik pengoperasian alat tangkap 1
trip/hari selama 5-6 jam dan hanya 10 kali melaut selama sebulan yang berkisar
1 kali dalam 3 hari.
Waktu keberangkatan nelayan jaring
insang pertengahan di Kelurahan Tanjung Uban Utara selalu mengikuti alur pasang
surut perairan. Biasanya nelayan berangkat berkisar antara puku 15.00 - 16.00
wib ketika kondisi masih surut dan nelayan kembali dari melaut berkisar antara
pukul 24.00 – 01.30 wib, lamanya para nelayan melaut tergantung dari banyak
sedikitnya ikan yang didapat, semakin banyak ikan yang didapat semakin lama
pula para nelayan kembali dari melaut, dikarenakan proses pelepasan ikan dari
jaring membutuhkan waktu yg lama dan begitu juga sebaliknya
Pengoperasian jaring insang
pertengahan terdiri atas tiga tahap, yaitu tahap pencarian lokasi fishing
ground (Searching), tahap penurunan jaring (Setting), dan tahap pengangkatan jaring (Hauling).
Ikan yang dominan tertangkap adalah ikan selar dan ikan yang
memiliki overculum yg sama besar dengan
mesh size jaring, namun pada dasarnya semua jenis ikan besar yang bernilai
ekonomis lainnya seperti ikan tenggiri, sagai, todak, ikan barakuda dan lainnya
yang tertangkap pada jaring insang pertengahan juga diproyeksikan oleh nelayan
untuk dijual kepada toke atau ketua koperasi sehingga dapat meningkatkan
pendapatan mereka. Komposisi dan harga perkilogram hasil tangkapan yang
diperoleh pada saat pengoperasian jaring insang pertengahan dapat dilihat pada
(tabel 4).
Tabel 4. Komposisi Hasil Tangkapan Jaring
insang pertengahan.
No Jenis
Ikan Harga/kg
1.
Ikan
Selar (Selaroides leptolepus) Rp.
35.000,-
2.
Tenggiri
(Scomberomorus commerson) Rp. 40.000,-
3.
Todak (Xiphias gladius) Rp.
10.000,-
4.
Selikur (Scomber australasicus) Rp. 15.000,-
5.
Parang-parang
(Chirocentrus dorab) Rp. 20.000,-
6.
Barakuda
(Sphyraena jello)
Rp. 12.000,-
7.
Kembung (Carcharhinus longimanus) Rp. 20.000,-
8.
Cermin (Alectis inducus) Rp. 20.000,-
9.
Bandeng (Chanos chanos) Rp. 20.000,-
10.
Kuwe (Caranx sexfaciatus) Rp. 20.000,-
11.
Gulama (Nibea alniflora) Rp. 20.000,-
12.
Hiu (Carcharias dussmiere) Rp. 20.000,-
13.
Layur (Trichiuros lepturus) Rp. 20.000,-
14.
Sagai (Pomadasys kaakan) Rp.
45.000,-
Sumber: Hasil Survei, 2013
Tabael 4 memperlihatkan persentasi harga ikan dimana tenggiri dan
sagai yang paling mahal disusul oleh ikan selar. Ikan yang dikatakan All size
mempunyai nilai jual paling tinggi dibandingkan dengan ikan lainnya, minimal
harga ikan all size adalah Rp. 45.000/kg sehingga banyak diburu oleh para
nelayan. Mahalmya harga ikan all size disebabkan oleh ukuran ikan ini untuk di
export keluar negri, ukuran yg digolongkan kedalam katagori all size adalah
berat ikan antara 0.8 – 1.3 kilogram per ekor ikan, mahalnya harga ikan diatas
dibandingkan dengan harga ikan yang lain adalah tingginya permintaan ikan ini
dari negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura.
Hasil temuan di lapangan menerangkan bahwa
target spesies dari alat tangkap jaring insang pertengahan adalah semua ikan
yang tertera pada tabel 4 yang memiliki nilai ekonomis tinggi yang
persentasenya mencapai 90% dari keseluruhan hasil tangkapan, sedangkan non
target spesies dari alat tangkap ini adalah ikan yang memiliki nilai ekonomis
rendah yang persentasenya mencapai 10% dari keseluruhan hasil tangkapan. Ikan
yang dikatagorikan bernilai ekonomis tinngi yaitu ikan yang harga jualnya >
Rp. 15.000, sedangkan katagori nilai ekonomis rendah yaitu ikan dengan harga
jualnya < Rp. 15.000,-.
Sesuai dengan kode etik perikanan
yang bertanggung jawab (FAO, 1995) bahwa kegiatan penangkapan ikan harus dapat
menjamin kelestarian sumberdaya ikan yang dieksploitasinya. Kelestarian
sumberdaya perikanan yang ada di sekitar daerah penangkapan ikan tergantung
dari alat penangkapan ikan yang digunakan, yang selanjutnya akan menentukan
keberlanjutan dari usaha perikanan itu sendiri (Charles, 1994, 2001). Untuk
melihat dengan mudah apakah alat tangkap jaring insang pertengahan ini ramah
lingkungan atau tidak maka penulis memberikan pembobotan nilai terhadap
kriteria yang di tetapkan oleh FAO (1995) yang mana satu kriteria terdapat
empat sub kriteria yang terdiri dari yang paling rendah hingga yang paling
tinggi. Pembobotan nilai yang diberikan setiap sub kriteria adalah sebagai
berikut, poin ke 1 berbobot nilai 1, poin ke 2 berbobot nilai 2, poin ke 3
berbobot nilai 3, poin ke 4 berbobot nolai 4.
Indeks penilainnya adalah
sebagai berikut:
·
1
– 9 = Tidak ramah lingkungan
·
10
– 18 = Kurang ramah lingkungan
·
19
– 26 = ramah lingkungan
·
27
– 36 = Sangat ramah lingkungan
Rekapitulasi
nilai yang diperoleh dari pengisian kuisioner tingkat keramah lingkungan jaring
insang pertengahan didapatkan data seperti pada Tabel 5.
Tabel 5.
Kriteria Teknologi Penangkapan Yang Ramah
Lingkungan Menurut FAO (1995).
No
|
Kriteria
Alat Tangkap Ramah Lingkungan Menurut FAO (1995)
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
Alat tangkap harus memiliki selektivitas yang
tinggi.
|
|
v
|
|
|
2
|
Alat tangkap yang digunakan tidak merusak
habitat, tempat tinggal dan berkembang biak ikan dan organisme lainnya.
|
|
|
|
v
|
3
|
Tidak membahayakan nelayan (penangkap ikan).
|
|
|
V
|
|
4
|
Menghasilkan ikan yang bermutu baik.
|
|
|
V
|
|
5
|
Produk tidak membahayakan kesehatan konsumen.
|
|
|
V
|
|
6
|
Hasil tangkapan yang terbuang minimum.
|
|
|
V
|
|
7
|
Alat tangkap yang digunakan harus memberikan
dampak minimum terhadap keanekaan sumberdaya hayati (biodiversity).
|
|
|
|
V
|
8
|
Tidak menangkap jenis yang dilindungi
undang-undang atau terancam punah.
|
|
|
V
|
|
9
|
Diterima secara sosial.
|
|
|
V
|
|
Jumlah Total Nilai Poin 28
|
Hasil pembobotan nilai yang
ditetapkan oleh peneliti dalam tabel di atas diperoleh jumlah poin sebesar 28,
maka alat tangkap jaring insang pertengahan di Kelurahan Tanjung Uban
Utara ini tergolong ke dalam alat
tangkap yang sangat ramah lingkungan
berdasarkan Sembilan kriteria yang diambil dari 14 kriteria yang ditetapkan
oleh FAO (1995) tentang teknologi penangkapan yang ramah lingkungan.
Berdasarkan
data yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan manajemen operasi
penangkapan jaring insang pertengahan yang ada di Kelurahan Tanjung Uban Utara
ini terdiri dari: Perencanaan (planning), Pengorganisasian (organizing), pelaksanaan,
pengawasan (controlling).
Dalam analisis biaya, komponen biaya yang diperhitungkan
terdiri atas investasi dan biaya produksi. Biaya terdiri dari biaya tetap (fixed cost), dan biaya tidak
tetap (variable cost). Rincian total biaya investasi serta biaya tetap dan
biaya tidak tetap dapat dilihat pada tabel 6.
Table 6.
Biaya Investasi/Biaya Tetap Jaring Insang Pertengahan/Jaring Hijau
No Biaya Investasi Harga Jumlah Total
1.
Harga
Kapal 4 GT 50.000.000 1 Unit Rp50.000.000
2.
Harga
Alat tangkap Jaring 1.160.000 22.5
Keping Rp26.000.000
3.
Harga
Mesin Utama Kapal 7.000.000 1
Unit Rp 7.000.000
4.
Harga
Box 150 ltr 1.000.000 1
Box Rp 1.000.000
Total Biaya Rp 84.000.000
Sumber: Data Survei, 2013
Tabel 7. Biaya Penyusutan
No Jenis Investasi Penyusutan
Nilai Ekonomis Biaya/Tahun
1.
Kapal 10% Nilai Baru 10 Tahun Rp5.000.000
2.
Alat
tangkap Jaring 10% Nilai Baru 7 Tahun Rp2.600.000
3.
Mesin Kapal 10%
Nilai Baru 7 Tahun Rp
700.000
4.
Box Pendingin 10% Nilai Baru 7 Tahun Rp 100.000
Total Biaya Penyusutan Rp 8.400.000
Sumber: Data Survei, 2012
Tabel 8. Biaya Perawatan
No
Perawatan Priode
Waktu Biaya Biaya/Tahun
1.
Kapal
Dan Perlengkapan 3 bln Rp1.500.000 Rp 6.000.000
2.
Alat
tangkap Jaring 2 bln Rp1.500.000 Rp
9.000.000
3.
Mesin Kapal Service
Berkala Rp150.000 Rp
1.800.000
4.
Minyak Pelumas 2 ltr/Bln Rp400.000 Rp 4.800.000
Biaya Total Rp21.600.000
Total Keseluruhan Biaya Tetap
Rp114.000.000
Sumber :
Data Survei, (2013)
.Tabel 9.
Biaya Variabel / tidak tetap (Variabel
Cost)
No Jenis Kebutuhan Kebutuhan/trip Biaya/trip Total biaya/Tahun
Bahan Bakar 25 Ltr x 228 hari/tahun Rp125.000 Rp. 28.500.000
1.
Minyak
Oli 6 Lt / 1 bln Rp30.000 Rp
2.160.000
2.
Kebutuhan
Konsumsi dll -
Rp90.000 Rp. 20.520.000
3.
Bagi
Hasil (upah ABK) - -
Rp. 22.800.000
Total Biaya Variabel Rp. 73.980.000
Sumber : Data Survei, (2013).
Maka
didapat total biaya ( TC ) yang di keluarkan dalam satu tahun adalah:
TC
= FC + VC
=Rp. 114.000.000 + Rp. 73.980.000
= Rp. 187.980.000,-
Pendapatan kotor
merupakan pendapatan total yang diperoleh nelayan selama masa operasi
penangkapan dalam priode tertentu yang belum dikurangi oleh biaya total
produksi (Total Cost).
Hasil wawancara dengan para nelayan terdapat 4 musim
penangkapan, yakni musim puncak ikan, musim sedang, musim biasa dan paceklik.
Pendapatan hasil tangkapan usaha perikanan jaring insang pertengahan permusim
penangkapan dalam 1 tahun dapat dilihat
pada (Tabel 11).
Tabel 11. Jumlah Hasil Tangkapan Jaring Insang
Pertengahan / Musim Penangkapan
No Musim Jenis
Ikan Hasil
Pendapatan/ musim dalam
Tangkapan (Kg) setahun
1.
Musim
Puncak - Selar 1500 kg Rp. 52.500.000
(Timur)
- All size 750 kg Rp. 33.750.000
April-Juni
- Ikan lain 1000 kg Rp. 35.000.000
2. Musim Sedang - Selar 600 kg Rp.
21.000.000
(Selatan) - all size 200 kg Rp. 9.000.000
Juli-September - Ikan lain 250
kg
Rp. 8.750.000
3. Musim biasa -
Selar 400 kg Rp. 14.000.000
(Barat)
- All size 200 kg Rp. 9.000.000
Januari-Maret - Ikan lain 350 kg Rp. 12.250.000
4. Musim Paceklik - Selar 100 kg Rp.
3.500.000
(Utara) - all size 20 kg Rp.
900.000
okto-Des
- Ikan lainnya 100 kg
Rp. 3.500.000
Total Pendapatan 1 Tahun Rp. 203.150.000
Sumber: Data Survei, 2013
Pendapatan
bersih (net
income) adalah seluruh pendapatan yang diperoleh dari usaha
perikanan jaring insang pertengahan dalam priode tertentu yang berasal dari
pengurangan pendapatan kotor (groos income) dengan total biaya yang di keluarkan
selama priode produksi.
NI = (Gross Income) – (Total Cost)
= Rp. 203.150.000 – Rp. 187.980.000
= Rp. 15.170.000,-
Sehingga
total pendapatan bersih yang didapatkan usaha perikanan oleh nelayan jaring
insang pertengahan dalam jangka waktu satu tahun adalah Rp. 15.170.000,-
Benefit cost of ratio (BCR)
merupakan perbandingan antara pendapatan kotor (Gross income) dengan
total biaya (Total cost). Apabila BCR lebih besar dari 1 (satu) maka usaha dapat
dilanjutkan atau usaha tersebut menguntungkan
BCR = GI / TC
=Rp. 203.150.000/Rp. 187.980.000
= 1.08
Finensial Rate of Return (FRR)
merupakan persentase perbandingan antara pendapatan bersih (Net Income) dengan
investasi. Dengan mengetahui FRR maka dapat ditentukan apakah modal sebaiknya
diinvestasikan pada usaha atau di Bank. Apabila FRR (Finensial Rate of Return) lebih besar dari suku bunga di bank maka hal
ini menunjukkan bahwa modal sebaiknya diinvestasikan pada usaha.
FRR = NI /
I x 100%
=
Rp. 15.170.000 / Rp. 84.000.000 x 100%
= 18.06 %
Payback
Period of Capital (PPC) merupakan
perbandingan anatara investasi yang ditanankan dengan pendapatan bersih (net income) yang diterima. Tujuan PPC
yaitu untuk mengetahui jangka waktu yang diperlukan untuk pengembalian modal.
PPC = I / NI x 1
Tahun
=Rp.84.000.000/Rp.15.170.000x1th
=5.5 x 1 tahun
= 5 tahun 6 bulan
Usaha perikanan jaring insang
pertengahan cukup menguntungkan jika dilihat dari pendapatan yang diperoleh
dari hasil pengamatan lansung dilapangan. Namun demikian, perlu ditinjau
kembali mengenai aspek sosialnya, Selain itu sebaiknya dilakukan penambaham alat
tangkap beserta dengan alat bantu penangkapan untuk memanfaatkan sumberdaya
perairan yang sangat potensial di daerah Kelurahan Tanjung Uban Utara secara
maksimal.
KESIMPULAN DAN
SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan persyaratan alat tangkap yang ramah lingkungan dari FAO
(1995) terhadap alat tangkap jaring insang pertengahan (mid water gill net) Kelurahan Tanjung Uban Utara Kecamatan Bintan
Utara Kabupaten Bintan, alat ini memiliki nilai pembobotan 28 poin yang berarti
alat tangkap sangat ramah lingkungan. Jaring
insang pertengahan dioperasikan di pertengahan perairan dan hanyut dibawa oleh
arus dengan panjang mencapai 1-2 km di dalam air dengan mesh size 2.5 inc
berbahan nylon
multifilament dengan diameter 0.6 mm, berdasarkan teknis operasi ini maka jaring insang
pertengahan dikategorikan kepada kelas jaring insang pertengahan hanyut (mid water drift gillnet).
Berdasarkan analisis finansial dan rentabilitas usaha
perikanan jaring insang pertengahan di Kelurahan Tanjung Uban Utara ini
menunjukkan bahwa usaha perikanan tangkap dengan alat ini menguntungkan secara finansial (NPV >
0; B/C > 1; PI > 1).
Hasil analisis manajemen operasional
penangkapan, usaha perikanan jaring insang pertengahan telah memenuhi kriteria
manajemen yang baik, dimana usaha ini telah memiliki fungsi-fungsi manajemen
berupa Perencanaan (Planing),
Organisasi (Organization), Pelaksanaan (Accounting) dan Pengendalian
(Controling).
Saran
Beberapa
pertimbangan yang dijadikan saran penting untuk
diperhatikan oleh pihak-pihak terkait tentang keberadaan, penggunaan dan
pengoperasian jaring insang pertengahan yang ada di Kelurahan Tanjung Uban
Utara yang menjadi poin penting. Melihat kondisi perairan dan sumberdaya
perairan yang melimpah dan letak yang sangat strategis, hendaknya pemerintahan
khususnya pemeritahan setempat benar-benar memperhatikan aset daerah yang
sangat luarbisa ini. Para pejabat setempat seharusnya member fasilitas yang memadai
kepada para nelayan dalam peningkatan hasil tangkapan dan dalam memaksimalkan
pemanfaatan sumberdaya parairan yang melimpah, hal ini dimaksudkan untuk lebih
mensejahterakan masyarakat nelayan dan menambah inkam perkapita masyarakat
tanjung uban uatar.
Penelitian
tentang jaring insang pertengahan memang sangat banyak dilakukan, akan tetapi
untik penelitian jaring hijau ini sangat jarang dilakukan, oleh karena itu
penulis menghimbau agar dilaksanakan
penelitian lanjutan dengan pembahasan yang lebih lengkap dan terperinci
diberbagai aspek terutama dengan menggunakan alat bantu penangkapan ikan pada
perikanan jaring insang pertengahan, khususnya pada jaring hijau.
DAFTAR PUSTAKA
Ayodhyoa,
A. U. 1981. Metode Penangkapan Ikan. Yayasan Dewi Sri. Bogor. 97 hal.
FAO. 1995. Code
of Conduct for Responsible Fisheries. FAO Fisheries Department. 24p.
Hall SJ. 1999.
The Effect of Fishing on Marine Ecosystems and Communities. Cornwall: MPG
Books.
Nurdin, A. 2009. Rancang
Bangun Alat Penangkapan Ikan. Modul Kuliah. Fakultas Ilmu Kelautan dan
Perikanan, Universitas Hasanuddin Makasar. Online www.unhas.ac.id
Von Brandt, A. 1984. Fishing Catching Methods of The World.
Farham-Surrey-England: FAO Fishing News Books, Ltd. (online) (http://fao/fisheries/code.
diakses oktober 2013).
JUNRNAL
ILMIAH
Oleh:
ARIS SUHUD
NIM: 1510248098
Dosen
Pembimbing :
Prof.
Dr. Hj. Hasnah Faizah AR, M. Hum
PROGRAM STUDI MAGISTER ADMINISTRASI PENDIDIKAN
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS RIAU
2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar